Rabu, 31 Mei 2023

Politik Patronase dalam Perekrutan THL di Kabupaten Manggarai

Oleh: Vayan Yanuarius, Anggota Kelompok Minat Centro John Paul II Ritapiret

Pada 22 Februari 2022, Floresa.co menurunkan laporan tentang perekrutan Tenaga Harian Lepas (THL) di Kabupaten Manggarai, NTT yang disebut dilakukan secara diam-diam. Disebutkan juga bahwa dari sekitar 100 THL yang menyebar di sejumlah dinas itu, mereka adalah kerabat dekat pejabat, termasuk anak kandung wakil bupati dan anggota tim sukses saat Pilkada 2020.
Ironinya, perekrutan itu terjadi ketika pemerintah pusat sudah mengagendakan penghapusan tenaga honorer di instansi pemerintah pada 2023, sehingga ada larangan untuk perekrutan baru. Larangan itu tertuang dalam Pasal 8 PP Nomor 48/2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan, ketentuan penghapusan tenaga honorer termaktub dalam Pasal 96 PP No. 49/2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Mengapa pemerintah kemudian tetap melakukan perekrutan THL baru itu? Praktik seperti ini sejatinya bukanlah kasus tunggal, hanya terjadi di Manggarai, tetapi juga sudah terjadi di mana-mana, yang dalam ranah ilmu politik dikenal sebagai praktik politik patronase. Ilmuwan politik seperti Aspinnal & Berenschot dalam buku yang berjudul Democracy for Sale: Election, Clientelism, and the State in Indonesia (2019) mendefinisikan politik patronase sebagai praktik pembagian keuntungan atau sumber daya negara kepada masyarakat, baik berupa barang material, proyek maupun posisi atau jabatan pemerintahan sebagai bentuk balas budi kepada masyarakat karena telah berupaya memenangkan mereka dalam kontestasi elektoral. Dalam studi politik dan demokrasi, patronase politik ini merupakan gejala anti-demokrasi, sebab berpotensi membatalkan hubungan berbasis aspirasi atau asosiasi kepentingan antara warga negara dengan pemerintah.
Politik patronase memiliki varian bentuk. Edward Aspinall dan Mada Sukmajati (2014) mengkategorikannya ke dalam empat bentuk, yakni vote buying (pembelian suara), individual gifts (pemberian-pemberian pribadi), services and activities (pelayanan dan aktivitas), dan club goods (barang-barang kelompok).
Model perekrutan THL di Kabupaten Manggarai, di mana pemimpin (patron) sedang membagi-bagi jatah sumber daya negara (jabatan) kepada para pendukungnya (klien) inilah yang saya golongkan sebagai praktik patronase politik.
Di Manggarai, praktik ini beroperasi dalam dua model. Pertama, pemimpin memberi jatah kekuasaan kepada para broker/tim sukses yang telah bekerja mengerahkan sumber daya berupa dukungan finansial, sarana-prasarana untuk kesuksesan sang pemimpin saat pemilihan.
Kedua, pemberian jatah pekerjaan kepada keluarga atau kerabat dekat sang pemimpin. Dalam konteks kasus di Manggarai, sejauh amatan penulis, praktik patronase ini sering kali berdampingan dengan praktik politik dinasti, di mana penguasa berupaya meletakan keluarga, saudara dan kerabatnya pada jabatan-jabatan starategis.
Praktik seperti ini tentu saja merupakan penyakit kronis dalam tubuh demokrasi kita, yang makin memperlambat bahkan menarik kembali ke belakang proses demokratisasi kita di tingkat lokal. Praktikn ini setidaknya akan memmuncul dua dampak sistemik.
Pertama, kinerja birokrasi sebagai mesin utama pelayanan publik akan semakin buruk. Sebagaimana yang telah diterangkan di atas, tersandera oleh relasi patron-klien, seorang pemimpin politik akan cenderung menyediakan lebih banyak pekerjaan kepada para pendukung, tanpa mempertimbangkan berbagai prosedur administrasi, aturan hukum serta pelaksanaan tugas. Kesetiaan politik klienlah yang lebih diutamakan ketimbang kompetensi serta hak-hak serta kebutuhan warga negara. Misalnya, THL dengan latar belakang guru diangkat menjadi Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), hanya karena ia tim sukses.
Kedua, membuka peluang yang besar bagi bertumbuh suburnya praktik korupsi berlapis dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pada lapisan pertama, pemimpin politik, dalam hal ini bupati/wakil bupati sepenuhnya akan memanfaatkan kekuasaan untuk menjaga dukungan lingkaran klien yang telah ditarik masuk ke dalam birokrasi melalui bagi-bagi jatah proyek dan sebagainya. Sementara pada lapisan kedua, sang klien yang telah menempati posisi/jabatan tertentu akan dengan segala cara menerabas regulasi, mengkapling sumber-sumber daya milik negara untuk tetap merawat kepentingan masyarakat pendukung (gerombolan klien) agar tetap memberikan dukungan pada ajang elektoral berikut. Upaya untuk tetap merawat relasi saling menguntungkan ini menjadi lahan subur praktik korupsi.
Wajah demokrasi seperti ini tentu saja membutuhkan tanggung jawab kita semua. Saya menawarkan beberapa tawaran alternatif pikiran.
Pertama, optimalisasi peran partai politik sebagai elemen penting demokratisasi. Selama ini, partai politik kita, mulai dari tingkat pusat hingga daerah, semata hanya menjalankan fungsi sebagai kendaraan politik menuju kekuasaan. Sementara fungsi sebagai bagian penting dari spirit politik kewargaan nyaris tak muncul. Bersamaan dengan itu para politisi lebih banyak terjerat skandal korupsi-kekuasaan demi biaya politik dan memperkaya diri. Ketiadaan peran kritis macam ini, membuat proses elektoral kita rentan dibajak praktik-praktik yang anti-demokrasi seperti praktik patronase politik.
Kedua, perlunya ketaatan pada aturan-aturan hukum sebagai langkah penting memperkuat proses demokratisasi. Dalam konteks perekrutan THL, pemerintah perlu memikirkan strategi jangka panjang soal pentingnya regulasi di tingkat daerah yang mengedepankan prinsip-prinsip profesionalitas, kompetensi, keahlian dan kinerja sebagai prasyarat penting yang membentuk habitus kerja birokrasi.
Ketiga, dalam skala yang lebih luas, perlu adanya kontrol sosial dari masyarakat terhadap praktik penyelenggaraan pemerintahan kita. Masyarakat harus berpartisipasi dalam politik bukan hanya pada saat kontestasi politik saja, tetapi sepanjang pemerintahan itu berjalan. Hal ini bermaksud agar pemerintah tidak sewenang-wenang mengeluarkan kebijakan yang menguntungkan segelintir orang.

Catatan: Tulisan ini sudah diterbitkan di media online floresa.com pada tahun 2022. 

Pendidikan Sebagai Upaya Pengentasan Kemiskinan di Nusa Tenggara Timur

Oleh: Yuziro Losong (Siswa KPB Seminari Labuan Bajo)

Kemiskinan adalah suatu kondisi seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup dasariah seperti sandang, papan, pangan, kesehatan, dan pendidikan yang layak. Menurut Soerjono Soekanto, ahli Sosiologi Hukum, kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Maka secara umum, kemiskinan adalah suatu kondisi individu atau kelompok yang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya karena tidak adanya pemanfaatan tenaga, mental atau fisiknya secara maksimal.

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi termiskin di Indonesia. Hal ini bukan lagi suatu problematika yang baru terjadi di kalangan masyarakat NTT. Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) NTT, rasio kemiskinan penduduk NTT per 30 Januari 2023 mengalami peningkatan sebanyak 2,9 ribu orang. Pada tahun 2022 jumlah penduduk miskin sebanyak 15,7 juta orang dan mengalami pembengkakan dengan jumlah 18,7 juta orang. Ini menunjukkan betapa rendahnya pertumbuhan ekonomi masing-masing rumah tangga di NTT. 
Akibatnya, hidup miskin menjadi suatu hal lumrah untuk dijalani. Padahal keadaan miskin inilah yang memenjarakan mereka untuk tinggal dalam zona hidup berkekurangan.
Hidup miskin telah menjadi takdir bagi kami. Kami telah sekuat tenaga menggarap sawah, membuka ladang untuk bercocok tanam, dan mencari ikan di laut. Tetapi hasilnya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari kami. Biarlah kami menunggu sumbangan dari pemerintah dan Tuhan pasti menolong kami. begitulah rintihan-rintihan minor dari kalangan masyarakat NTT.

Menurut penulis faktor penyebab terjadinya kemiskinan di NTT adalah rendahnya kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Sekolah belum maksimal menjadi lembaga pendidikan yang mampu menciptakan generasi baru (new generation) yang produktif, kreatif dan inovatif. 

Pendidikan memiliki peran sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat NTT. Salah satunya ialah untuk meminimalisir tingkat kemiskinan. Pendidikan menjadi garda terdepan untuk mencetak generasi perubuhan di masa yang depan. Pendidikan adalah locus pembentukan karakter generasi bangsa untuk mempu beradaptasi dan bersaing.

Pendidikan adalah sarana bagi seseorang untuk bisa mengubah hidupnya ke arah yang lebih baik.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di NTT, beberapa hal ini perlu untuk diperhatikan secara serius.
Pertama, perlu adanya peningkatan pendistribusian bantuan fasilitas pendidikan di sekolah-sekolah oleh pemerintah dan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Tujuan ialah agar terpenuhinya fasilitas sekolah yang memadai. 
Kedua, mengadakan program beasiswa kepada siswa kurang mampu. Semua upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Provinsi NTT. 

Upaya peningkatan kualitas pendidikan di NTT berdampak pada pengentasan kemiskinan. Hal ini bisa terjadi karena dengan kualitas pendidikan yang tinggi para siswa mampu berbikir tentang upaya alternatif dalam menghadapi gejok dunia yang kurang pasti. Apalagi, di tahun-tahun yang akan datang akan terjadi resesi ekonomi yang besar. Pengembangan sektor pendidikan merupakan upaya untuk mendidik generasi yang siap menerima tantangan dunia dan siap untuk bekerja. Itulah tujuan luhur dari pendidikan yaitu menambah wawasan, meningkatkan daya kreativitas, mempertajam nalar kritis dan memberi pelajaran moral bagi seluruh masyarakat.

Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan, pengetahuan seseorang akan bertambah dan akan sangat bermanfaat untuk mempelajari cara pemanfaatan sumber daya alam di sekitarnya. Bukan suatu yang mustahil, kemajuan zaman yang ditandai kemajuan teknologi yang cangih menuntut para pekerjaan yang berpendidikan kreatif serta mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik.

Provinsi NTT memliki kekayaan alam yang begitu besar. Kekayaan itu ada di sektor kelautan, pariwisata, dan pertanian. Kekayaan ini jika dikelolah dengan baik niscaya akan mendatangkan keuntungan yang besar bagi masyarakat NTT. Masyarakat tidak lagi dikekang oleh badai kemiskinan yang berkepanjangan tetapi mampu menghirup udara kesejahteraan yang segar.

Kemiskinan harus diberantas secara total. Dengan adanya pendidikan kita mampu merombak cara berpikir dan tingkah laku yang keliru dan salah. Sumber daya alam di daerah NTT tercinta amat berlimpah. Sekarang tugas kita adalah bagaimana kita melahirkan kreasi dan inovasi cerdas untuk memanfaatkan sumber daya tersebut.

Mari kita berjalan bersama memberantas kemiskinan dengan kecerdasan berpikir dan bekerja. Semakin tinggi kualitas sumber daya manusia, maka semakin banyak pula inovasi pemberdayaan hasil pertanian yang dilakukan. Semua itu akan berdampak pada pendapatan seluruh masyarakat. Dan akhirnya pendidikan akan berhasil menjadi penyelamat rintihan-rintihan minor kaum papa.










 

Selasa, 30 Mei 2023

CATATAN DARI SEORANG GURU BAHASA INDONESIA (REFLEKSI PENGALAMAN MENJADI GURU SELAMA SATU TAHUN)

foto: Siswa KPB Seminari Labuan Bajo sedang belajar

Oleh: Vayan Yanuarius
(Guru Bahasa Indonesia di Seminari Labuan Bajo)

Saya mendapat kepercayaan oleh pimpinan lembaga Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo untuk mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas Persiapan Bawa (KPB) Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo (SEMYOPAL II) selama satu tahun 2022-2023. Saya merasa senang bercampur cemas menerima kepercayaan ini. Dua perasaan ini saya gumuli dalam kehidupan saya kira-kira satu minggu. Perasaan senang saya cukup beralasan sebab saya menjadi pendidik yang bertugas mendidik perserta didik agar menjadi orang yang mempunyai pengetahuan yang luas dan pemahaman yang komprehensif. Namun, dibalik itu ada perasaan cemas. Kecemasan saya terletak pada keterampilan atau kemampuan saya mentransformasi pengetahuan kepada peserta didik. Maka, muncul pertanyaan-pertanyaan provokatif dalam diri, apakah saya bisa menjadi guru? Apa yang saya berikan kepada para murid pada saat mengajar? Apakah materi yang saya bawakan nanti bisa membantu peserta didik untuk memperluas cakrawala berpikir atau justru sebaliknya menyesatkan cara berpikir mereka? Materi apa saja yang saya berikan kepada para siswa? Metode apa saja yang memungkinkan proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien?
Pertanyaan ini menjadi pergumulan saya pasca penerimaan kepercayaan menjadi guru. Saya menyadari bahwa saya tidak mempunyai kompetensi dalam hal mengajar. Apalagi mata pelajaran yang diembankan kepada saya merupakan mata pelajaran jarang saya pelajari dalam konteks teoritis. Hal ini sesuai backround studi saya bukan sarjana pendidikan bahasa Indonesia tetapi sarjana filsafat yang selama empat tahun bergulat dengan pemikiran-pemikiran para filsuf dari jaman nenek moyang 2000 tahun lalu sampai pemikiran para filsuf kontemporer. Meskipun, ada mata kuliah pedagogik tetapi mata kuliah itu lebih menekankan pada metode pendekatan dalam proses pembelajaran. Sedangkan, materi pembelajaran tidak pernah saya pelajari seperti para sarjana pendidikan bahasa Indonesia.

Pergulatan batin ini kemudian sampai pada satu titik di mana saya menemukan seberkas cahaya sebagai petunjuk untuk keluar dari alam pikiran yang pesimis menjadi optimis. Saya merasakannya seperti keluar dari gua Plato. Cahaya itu kemudian menghantar saya untuk berpikir bahwa selain saya mengajar, sebenarnya saya juga sedang belajar. Belajar tentang materi ajar dan belajar tentang metode mengajar yang baik. Dalam hati, saya membangun komitmen untuk mempersiapkan diri dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tugas saya sebagai guru. Maka dari itu, saya membaca beberapa buku tentang materi ajar bahasa Indonesia dan bejalar bagaimana menyampaikan materi agar menarik dan mudah untuk dimengerti. 
Persiapan ini cukup serius dan menguras tenaga yang banyak. Saya melakukan ini dengan tujuan paling kurang ada sesuatu yang berharga bagi siswa dari materi yang saya ajarkan untuk masa depan mereka yang lebih baik. Saya merasa gagal jika para siswa mengeluh karena tidak bisa menerima materi yang saya ajarkan. Analoginya seperti ini “saya mengajak mereka untuk berpetualangan ke dalam hutan sambil bejalar tentang hutan dan segala sesuatu yang ada di dalamnya tetapi saya tidak bisa memberikan jalan keluar untuk mereka. Akhirnya mereka terjebak di dalam hutan belantara, tersesat, dan akhirnya menjadi orang utan.” Atas dasar kesadaran ini, saya berjuang semaksimal mungkin untuk bisa mempersiapkan diri dengan baik.
Tujuan dan Metode Pembelajaran
Hari pertama masuk sekolah, hal yang saya bicara di depan siswa ialah tentang tujuan dari pembelajaran bahasa Indonesia. Ada tiga hal yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. 
foto: Para siswa sedang mempresentasikan karya tulis hasil kerja kelompok

Pertama, meransang para siswa untuk belajar bahasa Indonesia dan mencintai bahasa Indonesia. Belajar bahasa Indonesia yang dimaksudkan ialah bagaimana bahasa Indonesia diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini perlu dilakukan karena bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja dan kapan saja dalam lingkup Negara Indonesia.

Kedua, untuk mendukung tujuan pertama di atas, tujuan kedua ini dilakukan dalam bentuk literasi. Literasi adalah sarana pengembangan kapasitas dan keterampilan seseorang dalam membangun daya pikir yang kritis, logis, dan kontruktif. Literasi sangat berhubungan erat dengan aktivitas membaca, menulis, berbicara atau berdiskusi dan juga menonton tayangan-tayangan yang bersifat edukatif. 

Dalam pengamatan saya, orang-orang yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas adalah orang-orang yang lahir dari budaya literasi yang tinggi. Misalnya dalam hal membaca buku. Ketika kita membaca buku, itu berarti secara tidak langsung kita sedang membangun dialog dengan ide dari penulis buku. Karena itu, dalam proses membaca buku, kita mestinya mengambil sikap sebagai pembaca yang siap menerima ide penulis apabila idenya relevan dan bisa diterima oleh akal sehat kita sebagai pembaca. Namun, kita juga bisa menolak isi buku tersebut karena idenya tidak relevan dan bersebarangan dengan ide pembaca. Dengan demikian, membaca buku tidak sekedar membaca pikiran penulis tanpa mengkritisi ide penulis yang tertuang dalam buku.
Demikian dalam hal menulis. Menulis adalah aktivitas menuangkan gagasan atau ide yang masih beraktivitas dalam otak ke dalam bentuknya konkret. Ide itu harus diungkapkan agar menjadi sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain. Ide juga menurut Rocky Gerung harus dipertengkarkan untuk menghasilkan satu pengetahuan yang baru. Kalau ide tidak dipertengkarkan berarti kita sedang berdoa. Karena itu, ide penting untuk menghasilkan satu peradaban dunia yang lebih baik. 

Menyadari akan penting ide dalam kehidupan manusia, maka saya mencoba untuk membangun iklim akademis yang berbasis pada aspek literasi, menulis. Saya meminta para siswa untuk membaca artikel berupa opini atau berita di Koran atau di majalan online. Setelah mereka membacanya, mereka harus meringkas artikel itu yang menjadi poin-poin penting. Setelah membaca dan meringkas, para siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil ringkasan itu di hadapan teman-temannya di kelas. Setelah itu, siswa diberi kesempatan untuk mengomentasi artikel ringkasan tersebut dan mereka berdialog. Proses terus menerus dilakukan setiap jam pelajaran bahasa Indonesia. Dengan itu, para siswa memperoleh informasi, menemukan gagasan baru, mengasah daya pikir yang kritis dan logis juga mengamati cara penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dari tanda baca sampai pada level menyusun kalimat efektif.

Out put dari proses membaca, menulis, dan mempresentasikan hasil bacaan itu kemudian diuji tingkat pemahaman siswa. Saya biasanya memberikan tugas bahasa Indonesia. Tugas ini ialah menyuruh siswa menulis satu artikel denga tema apa saja sebanyak satu halaman lembar buku. Tugas ini saya berikan kepada mereka dengan maksud untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan mereka, untuk mengukur kemampuan bahasa Indonesia mereka, dan membantu mereka cara menuangkan gagasan atau ide yang tersimpan dalam otak ke dalam lembar buku berupa tulisan. Faktanya, ada siswa bisa menuangkan gagasan itu ke dalam bentuk tulisan yang bagus. Namun, ada juga siswa yang belum bisa menuangkan gagasan itu ke dalam bentuk tulisan. Dan, ada juga siswa yang pandai berbicara tetapi ketika dimintah untuk menulis gagasan yang disampaikannya itu tidak bisa. Karena itu, perlu ada latihan terhadap tiga komponen literasi bagi siswa yakni membaca, menulis, berbicara.
foto: Para siswa peserta lomba pidato bahasa Indonesia dan bahasa Inggris

Proses ini bukan proses yang gampang. ada begitu banyak tantangan harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Baik tantangan itu datang dari siswa karena kemalasan atau kejenuhan juga datang dari diri sendiri yang merasa bosan dan juga kadang putus asa mengahadi perilaku siswa. Namun, bagi orang yang mempunyai komitmen tinggi dalam mendidik orang, tantangan itu dilhat sebagai peluang untuk belajar dan sabar menanggung lika-liku perjalanan menjadi guru. 

Karena itu, dengan mengalami suka duka menjadi guru, saya sebenarnya sedang belajar cara menjadi seorang guru baik – yang bisa meransang siswa untuk belajar dengan serius – dan cara untuk menyampaikan gagasan kepada siswa. Selain itu, saya belajar menjadi guru yang rendah hati untuk mendengarkan siswa. Dialog antarsiswa sangat penting, juga antara siswa dan guru. Jadi, tidak yang memonopoli kebenaran dalam ruang lingkup pendidikan yang adalah hanya kemungkinan adanya kebenaran yang baru. Karena itu, setiap gagasan itu harus diuji dan diperdebatkan.
 
Demikian pengalaman saya selama satu tahun menjadi guru bahasa Indonesia. Saya menyadari betul bahwa ini pengalaman yang menyenangkan dalam ziarah hidup saya. Dan saya berkomitmen untuk belajar menjadi yang lebih dari hari ke hari. Mendidik siswa menjadi baik sama hal kita menanam benih harapan bagi bangsa Indonesia yang lebih baik di kemudian hari.

 “Salam dari guru, oleh guru, dan untuk para guru dan para mantan guru” 
  

Kamis, 25 Mei 2023

Sang Fajar

Oleh: Stenly Nagor (Siswa KPB Seminari Labuan Bajo)

Seseorang telah berlalu ditelan oleh gelapnya malam
Dan aku disapa oleh senyuman fajar pagi dengan penuh kehangatan
Embun pagi yang mulai menetes sedikit demi sedikit dari daun pucuk merah di depan kelas
Membasahi permukaan tanah yang rupanya sedang haus

Sang fajar telah menyapaku dengan senyuman ceria dan aku telah mengukir cerita di pagi yang cerah di balik senyuman yang penuh dengan cerama sampai terhanyut

Sang fajar telah mengajarkan ku untuk senyum menghadang senja yang membuat ku tenggelam dalam senyuman mu yang penuh dengan dramatis hingga membuat traomatis

FORMAT PENILAIN LOMBA PIDATO BAHASA INDONESIA DAN PIDATO BAHASA INGGRIS

 A. Indikator penilaian

a) Pidato Bahasa Indonesia
Isilah kolum score dengan salah satu angka di bawah ini:
4: excellent 3: very good 2: good 1: enough

A Text Writing
1) - Struktur materi pidato (generic structure) Salutation/salam pembuka diucapkan dengan jelas dan benar
- Thesis statemennya (pernyataan pembicara terhadap thesis) jelas dan tepat.
- Argumentasi (opini didukung oleh informasi saintifik yang terpecaya).
 Rekomendasi/saran dari pembicara jelas
- Reiteration/kesimpulan berkorelasi dengan thesis
2) Pronunciation  Kata-kata dan frase diucapkan dengan jelas dan benar
3) Linking Tautan bunyi antara kata dan frase natural (flow).
4) - Grammar  Penggunaan tenses benar
 - Penggunaan passive voice benar
 Pengunaan verb-ing benar
- Collocation/ pengabungan beberapa kata benar
- Word order/penempatan kata dalam kalimat benar.
5) Intonation Dinamika bunyi setiap kalimat tepat dan natural.
6) Stressing Penekanan bunyi untuk kata dan frase tepat
7) Rhythm Irama terhadap kalimat yang diucapkan natural.
8) Juncture Pemberian jedah dalam kalimat tepat

B Perfomance

8) Pakaian Mengenakan pakaian yang rapih dan sopan
9) Bahasa tubuh (Gesture) Gerakan tubuh dan raut wajah korelasi dengan apa yang disampaikan
10) Interaksi dengan audiens Penyampaian pendato sangat komunikatif
11) Kemahiran (fluency) Penyampaian lantang, lancar tanpa ada jedah yang terlalu lama
12) Pengelolaan waktu (time management) Penyampaian pidato sesuai alokasi waktu

  
Skor maksimum 84
Nilai maksimal 100
Nilai siswa = (Skor Perolehan)/(Skor Maksimum) x 100


b. Pidato Bahasa Inggris

Isilah kolum score dengan salah satu angka di bawah ini:
4: excellent 3: very good 2: good 1: enough

A Text Writing

1) - Struktur materi pidato (generic structure) Salutation/salam pembuka diucapkan dengan jelas dan benar
- Thesis statemennya (pernyataan pembicara terhadap thesis) jelas dan tepat.
- Argumentasi (opini didukung oleh informasi saintifik yang terpecaya).
 - Rekomendasi/saran dari pembicara jelas
- Reiteration/kesimpulan berkorelasi dengan thesis
2) Pronunciation Kata-kata dan frase diucapkan dengan jelas dan benar
3) Linking Tautan bunyi antara kata dan frase natural (flow).
4) - Grammar  Penggunaan tenses benar
 - Penggunaan passive voice benar
 Pengunaan verb-ing benar
 - Collocation/ pengabungan beberapa kata benar
 - Word order/penempatan kata dalam kalimat benar.
5) Intonation  Dinamika bunyi setiap kalimat tepat dan natural.
6) Stressing Penekanan bunyi untuk kata dan frase tepat
7) Rhythm Irama terhadap kalimat yang diucapkan natural.
8) Juncture Pemberian jedah dalam kalimat tepat

B Perfomance

8) Pakaian Mengenakan pakaian yang rapih dan sopan
9) Bahasa tubuh (Gesture) Gerakan tubuh dan raut wajah korelasi dengan apa yang disampaikan
10) Interaksi dengan audiens Penyampaian pendato sangat komunikatif
11) Kemahiran (fluency) Penyampaian lantang, lancar tanpa ada jedah yang terlalu lama
12) Pengelolaan waktu (time management) Penyampaian pidato sesuai alokasi waktu

Skor maksimum 84
Nilai maksimal 100
Nilai siswa = (Skor Perolehan)/(Skor Maksimum) x 100

Selasa, 23 Mei 2023

Badut Penghibur

Oleh: Gilviano (Siswa KPB Seminari Labuan Bajo)

Aku hanyalah seorang badut
Yang bertugas hanya untuk menghibur
Ketika orang sedih sedih
Di situ pun aku berada untuk menghibur
Tetapi di saat orang lain senang
Aku ditinggalkan sendirian
Seperti barang ronsokan
Begitulah cara kerja badut
Ingin sekali berada di samping mu
Meskipun tak lama, tapi cukup untuk mengobati rasa rindu ku
Hmmmm.....
Tapi itu hanyalah khayalan
Imajinasi liar yang tak tahu asal muasalnya
Tapi khayalan itu berubah menjadi harapan
Semoga suatu hari nanti harapan ku menjadi kenyataan
Kalau sampai pada titik itu, ibarat kembang api yang meledak di atas langit 
Akan memancarkan keindahan 
Harapan itu jalan untuk mencapai tujuan
Kata orang, "Di mana ada kemauan, di situ ada jalan"
Saatnya menunggu waktu meledak pasti

 

Kasih Yang Tak Bernyawa

Oleh: Steny Jehaut (Siswa KPB Seminari Labuan Bajo)

Andai aku tak seperti itu
Mungkin engkau masih bercerita
Engkau hanya bisa berbaring
Sedari menahan luka yang sesat
Mungkin engkau tidak tahu
Goresan luka menghuku pada mu
Seakan ruang hampa menelan kisah 
Sejuta inspirasi terhapus karena imajinasi
Engkau berkelana tanpa menjelma 
Di garis cakrawala engkau membagi kasih 
Tak terbayang itu semua akan terjadi di tangan sang Bunda
Engkau mendapat kehangatan
Selimut kasih membalut pada tubuh mu
Bagaikan mentari menanti fajar
Kata demi kata diucapkan dalam doa
Dengan harapan yang pasti
Bahwa engkau akan kembali
Karena tetesan rindu ku
Masih aku simpan untuk mu

Hanya Kata "Kepastian"

Penulis: Vedy (Siswa KPB Seminari Labuan)

Sebuah imajinasi yang terdampar dalam pikiran ku saat ini
Ingin memanggil sebuah keinginan yang pasti dalam melayani panggilan ku
Imajinasi yang ingin bermanipulasi
Ingin menjadi superior akan selalu ada  dalam butiran pikiran hingga menjadi sebuah drama kehidupan
Memang, perlu disadari
Menjadi manusia yang sukses pasti melewati kesulitan-kesulitan yang silih berganti
Ibarat kita sedang berlayar di samudra luas, kita sering ditampar badai
Tapi kita bertahan demi tujuan yang pasti
Kepastian menuju kesuksesan adalah sebuah proses yang tahan banting
Sejauh mana kita bertahan, sejauh itu juga kita mencapai kesuksesan

Perselingkuhan Antara Ayam dan Bebek

Hallo para sahabat di mana pun anda berada. Semoga kalian baik-baik saja di sana.
Pada saat ini, saya akan menceritakan satu fenomena yang menarik dan langkah yang terjadi di kandang ayam Seminari Labuan.
Seminari Labuan unit KPB Ketentang mempunyai kandang ayak yang ukurannya sekitar 10 m x 12 m. Usianya sekitar 7 tahun. Kandang ayam ini berada di belakang Kapela KPB Seminari. Jumlah ayam di dalamnya 20 ekor yang terdiri dari ayam jantan ada 2 ekor, ayam betina berjumlah 5 ekor, dan ayam kecil 13 ekor.
Namun, 2 tahun terakhir, kandang ayam itu tidak saja dihuni oleh ayam tetapi juga dihuni oleh Bebek. Jumlah Bebek awalnya sekitar 10 ekor. Tetapi karena suhu yang panas dan kebuasan binatang hutan seperti kucing akhirnya Bebek hanya tersisa 2 ekor. Jenis kelaminya betina. Tidak ada bebek jantan. Memang dalam perencanaannya, kami akan membudidaya Bebek ini dengan membeli Bebek jantan 1 ekor. Tetapi sampai sekarang belum terealisasi dengan baik.
Ayam dan Bebek ini hidup bersama dalam kadang yang sama. Mereka tidak saling bertengkar. Kelihatannya sangat harmonis. Damai dan sejahterah. Setiap hari, anak-anak Seminari memberikan makan dan minuman kepada ayam dan bebek. Makanannya ialah nasi sisa, buah papaya yang sudah masak, dan air.

Awal Perselingkuhan

Pada suatu hari (sudah lupa harinya), saya pergi melihat ayam di kandang. Tujuannya ialah ingin memastikan apakah ayam berkembangbiak atau tidak. Saya hanya berkosentrasi pada perkembangbiakan ayam karena ada ayam jantan yang bisa kawin dengan ayam betina. Sedangkan bebek sudah pasti tidak akan berkembang karena tidak ada bebek jantan.
Sungguh mengagetkan bagi saya ketika saya melihat ada telur bebek. Jumlahnya 2 butir. Posisinya di sudut kiri kandang ayam. Awalnya, saya berpikir bahwa mungkin telur bebek tersebut sisa dari telur bebek yang sudah lama mati. Saya tidak menghiraukannya lagi. Saya kembali memperhatikan telur ayam yang semakin banyak. Kebetulan waktu itu, satu induk ayam menetas. Jumlah anaknya 8 ekor.
Keesokan harinya, tepatnya siang setelah makan siang. Saya kembali meluncur ke kandang ayam. Seperti biasa, saya membawa makanan sisa, buah pepaya, dan air. Sambil saya memberikan makanan pada ayam, saya melihat telur bebek berjumlah 5 butir. Melihat hal itu, saya kaget dan merasa aneh. Saya mencoba untuk menayakan kepada salah satu senior yang tinggal bersama di Seminari, apakah benar ini adalah telur bebek? Dia menjawab, benar. Itu telur bebek. Ukuran agak besar. Bewarna putih.
Rasa penasaran saya semakin besar. Otak saya mulai berpikir dan bertanya, benar tidak bebek bisa bertelur tanpa melakukan hubungan biologis dengan bebek jantan? Secara teorinya, bebek bisa bertelur apabila bebek betina dan bebek jantan “bersetubuh”. Tetapi kenapa hal ini bisa terjadi, bebek betina bertelur tanpa ada bebek jantan. Kecurigaan saya ada 3. Pertama, bebek kawin dengan ayam. Kedua, bebek kawin dengan biawak. Ketiga, bebek kawin dengan kambing. Kebetulan kandang kambing dekat dengan kandang ayam.
Singkat cerita, jumlah telur bebek semakin bertambah banyak. Suatu hari, saya menyaksikan secara langsung bagaimana ayam jantan berwarna merah “bersetubuh” dengan bebek. Ayam itu kelihatannya sangat agresif dengan bebek tersebut. Dari situ, saya menyimpulkan ternyata bebek bertelur karena bersetubuh dengan ayam jantan bukan biawak, bukan kambing.
Namun, muncul pertanyaan berikutnya. Mengapa ayam jantan merah itu bersetubuh dengan bebek? Hal baru saya temukan selama saya hidup di dunia ini. Padahal secara sainfik, bebek baru bisa bertelur jika bebek betina kawin dengan bebek jantan. Demikian pun, ayam bisa berkembangbiak jika ayam jantan kawin dengan ayam betina. Ayam kawin dengan bebek menghasilkan telur. Ini bisa meruntuhkan teori ilmu pengetahuan yang selama ini sangat kuat berbicara soal hubungan biologis antarorganisme. Apakah perkawinan beda jenis ini masuk dalam pemikiran Karl Poper tentang teori falsifikasi? Tapi sudahlah. Saya akan membahas faktor penyebab kawin beda jenis.

Hasrat Seksual

Binatang apa pun termasuk ayam dan bebek adalah makhluk yang mempunyai gairah seksual. Ayam dan bebek baru bisa berkembang biak jika melakukan hubungan seks antara yang jantan dengan yang betina. Itu perkawinan alamiah.
Ayam bersetubuh dengan bebek karena keadaan. Di kandang ayam seperti yang sudah saya jelaskan di awal, ada dua ayam jantan. Ayam jantan berwarna putih dan ayam jantan berwarna merah. Ayam jantan berwarna putih mempunyai ukuran tubuhnya sangat besar. Usianya sangat tua. Dia juga sudah lama mendiami tempat tersebut. Dari segi ukuran badan, dia lebih unggul dibandingkan ayam jantan berwarna merah. Dari segi usia, dia lebih tua atau senior. Dan, dari segi waktu, dia menjadi “tuan atau penguasa” atas kandang tersebut.
Melihat ketiga faktor tersebut, maka ayam jantan berwarna putih mendominasi dalam hal membangun relasi dengan ayam-ayam betina. Kenyataannya demikian. Bahwa semua ayam betina mengikuti ayam jantan berwarna putih. Karena itu, ayam jantan berwarna merah hidup sendirian. Dia berkelana ke sana ke mari tanpa ditemani oleh ayam betina. Kasihan.
Di sisi lain, bebek kehilangan “pasangan hidup” yakni bebek jantan. bebek jantan sudah lama mati. Kami juga belum sempat membeli bebek jantan. Akhirnya, bebek betina yang berjumlah dua ekor itu hidup merana begitu saja.
Kecurigaan saya, bebek betina bersetubuh dengan ayam jantan berwarna merah terjadi karena desakan seksual secara biologis. Ayam jantan berwarna merah ingin menyalurkan gairah seksual kepada ayam betina tetapi dibatasi oleh pergerakan ayam jantan berwarna putih. Sedangkan, bebek betina ingin menyalurkan gairah seksualnya tetapi tidak ada bebek jantan. Situasi ini memaksa dua makhluk ini untuk menyalurkan gairah seksualnya dalam hubungan asrama yakni “kawin campur”. Mungkin dengan cara seperti itu, mereka bisa merasa nyaman. Ternyata berhasil. Ada beberapa jumlah telur bebek yang ada di kandang.
Setelah itu muncul pertanyaan berikutnya, apa yang dihasilkan jika telur bebek menetas? Apakah bebek atau ayam. Ataukah campuran, kepalanya bebek tetapi tubuhnya ayam. Atau kepalanya ayam tetapi tubuhnya bebek. Atau tubuhnya bebek tetapi bulunya ayam. Ini pertanyaan masih menggantung karena telur bebek belum menetas.
Namun, entah hasilnya ayam atau bebek, berdasarkan hasil penelitian, jika menghasilkan ayam maka goyangan ayam jantan lebih kuat dari pada bebek betina. Tetapi, kalau menghasilkan bebek, maka goyangan bebek lebih kuat dibandingkan ayam jantan. tapi kalau campuran, itu sama-sama agresif.

Penulis: Vayan Yanuarius

Lomba Pidato: Aktualisasi Pembinaan Aspek Intelektual bagi Siswa Seminari Labuan Bajo

Foto para peserta lomba pidato

Siswa Kelas Persiapan Bawa (KPB) Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo mengadakan lomba pidato bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dengan tema “Kaum Muda” (21/5). Tema ini diangkat berdasarkan latar belakang siswa KPB Seminari Labuan Bajo yang usianya masih sangat muda dan bagaimana mereka melihat peran kaum dalam menciptakan kehidupan sosial yang adil dan beradap. “Saya memilih tema “Kaum Muda” dengan penuh kesadaran yang tinggi tentang peran kaum muda dalam kehidupan sosial masyarakat dewasa ini. Menurut saya, kaum muda memiliki andil untuk menciptakan tatanan kehidupan sosial yang adil dan beradap dengan ide-ide yang cemerlang dan transformatif juga sangat kontekstual dengan kehidupan para Seminaris yang masih muda dan yang sedang belajar”. Demikian yang disampaikan oleh ketua Panitia penyelenggara lomba pidato, Vayan Yanuarius.
Selain itu, demikian kata Vayan, lomba pidato ini juga merupakan bentuk aktualisasi dari proses pembinaan aspek intelektual bagi para seminaris yang sedang belajar di Seminari Labuan Bajo. “Lomba pidato ini dibuat sebagai bentuk aktualisasi dari aspek pembinaan intelektual bagi para Seminaris”. Tradisi kehidupan di Seminari Labuan sangat ketat. Para seminaris dituntut untuk menjadi pribadi yang berkarakter, berintelektual, dan beriman. “Seminari Labuan dalam proses pendidikan dan pembinaan para seminaris, sangat menekankan aspek kepribadian, kerohanian, kecerdasan inteletual, kebijaksanaan, Solidaritas, kesehatan, dan missioner”, jelas Vayan 
Lebih lanjut, RD. Hermen, Pemimpin Komunitas KPB juga memberikan tanggapan bahwa para seminaris bisa mengembangkan diri secara proposional dengan mengikuti proses pembinaan di Seminari ini. “Para seminaris harus bisa mengembangkan seluruh aspek pembinaan di atas secara proposional.” Salah satu wadah untuk mengaktualisasikan aspek di atas ialah dengan mengadakan lomba pidato bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Jelas RD. Hermen.
Salah satu peserta lomba pidato, Jimi Zonatan, setelah ditanya bagaimana perasaan ketika membawakan pidato? Jawabannya ialah merasa senang karena bisa berdiri di depan orang banyak untuk menyampaikan pidato. "Jujur saya katakan bahwa saya merasa senang bisa berdiri di depan orang banyak untuk menyampaikan pidato. Ini pengalaman pertama saya. Saya belajar banyak dari pengalaman ini. Saya tahu, apa yang saya lakukan malam ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saya belajar lebih serius lagi." Jelas, Jimi.
Peseta Lomba Pidato

Peserta lomba pidato adalah siswa KPB Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo. Mereka berjumlah delapan orang dengan rincian sebagai berikut. Peserta yang mengikuti lomba pidato bahasa Indonesia terdiri dari empat orang yaitu Jimi, Oka, Onggi, dan Alfred. Sedangkan, peserta yang mengikuti lomba bahasa Inggris berjumlah empat orang yang terdiri dari Anan, Brayen, Yuziro, dan Andra. Mereka diutus dari setiap kelas. Ada dua kelas KPB yakni KPB A dan KPB B. Peserta lomba dari kelas KPB A; Jemi, Oka, Anan dan Brayen. Sedangkan peserta lomba utusan KPB B; Yuziro, Andra, Alfred, dan Onggi. 
Selain peserta lomba pidato, yang menyaksikan perlombaan ini berjumlah 71 orang yang terdiri dari siswa KPB Seminari Labuan Bajo yang berjumlah 64 orang dan para formator yang berjumlah 7 orang. Kegiatan di mulai tepat pukul 20:30-22:00. Tempatnya di kamar makan para siswa KPB.
Para peserta lomba mempersiapkan teks pidato masing-masing tanpa mengkopypaste tulisan orang lain atau mengambil tulisan dari internet. “Teks pidato harus dibuat sendiri tanpa harus mengambil tulisan orang lain atau dari internet”, kata Vayan.
Adapun kriteria penilaian lomba pidato bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sebagai berikut. 1) struktur materi pidato yang terdiri dari salam pembuka, tesis statmentnya, argumentasinya, rekomendasinya, dan kesimpulan. 2) Pronunciation (pengucapan). 3) Linking: pertautan bunyi antara kata dan frase. 4) Grammar. 5) Intonation. 6) Stressing: penekanan bunyi.7) rhythm. 8) Pemberian jeda. 9) Pakain. 10) Bahasa tubuh. 11) Interaksi dengan audiens. 12) kemahiran. 13) Pengolahan waktu. Jadi, ada 13 item penilaian lomba pidato bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 

Dari KPB untuk Kaum Muda
Foto: Fr. Alfred sedang memberikan komentar tentang lomba pidato.

Lomba pidato bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang dibawakan oleh siswa KPB Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo mengandung pesan yang bermakna bagi kaum muda di seluruh Indonesia. Menurut Fr. Ancik, salah satu juri pidato bahasa Inggris, “Perlombaan ini adalah sebuah pertujukkan yang luar biasa karena para peserta mampu merumuskan kata demi kata sehingga membentuk sebuah teks pidato yang menarik. Itu berarti masa depan gereja dan Negara Indonesia masih sangat cerah.” Selain itu, dia juga, “Labuan Bajo sudah ditetapkan sebagai kota pariwisata superpremium. Ada begitu banyak wisatawan manca Negara yang datang berkunjung ke kota Labuan Bajo. Karena itu, sebagai generasi muda kita harus belajar bahasa asing (bahasa Inggris) dengan baik sehingga kita bisa membangun komunikasi dengan para wisatawan manca Negara.” 
Lomba pidato bahasa Indoensia dan bahasa Inggris ini adalah kesempatan untuk belajar lebih serius lagi tentang bahasa. Gereja dan bangsa ini sangat membutuhkan orang-orang yang mempunyai kecerdasan yang tinggi dalam menghadapi kemajuan global. Demikian kata Pater Hendrik sebagai juri bahasa Inggris.
Fr. Alfred, juri pidato bahasa Indoenia juga memberikan komentar kecil berkaitan lomba pidato. Dia mengatakan “Lomba pidato yang terjadi malam ini adalah bentuk aktualisasi dari proses pembelajaran public speaking yang saya ajarkan di kelas. Karena itu, untuk saya, apa yang terjadi malam ini adalah gambaran bahwa kamu akan menjadi agen of changes bagi gereja, bagi kaum muda di luar sana, dan bagi bangsa yang tercinta, Indonesia.”
Diakhir kegiatan lomba pidato bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, para siswa KPB menyanyikan lagu yang berjudul “Laskar Pelangi” sambil foto bersama para peserta lomba.

Penulis: Vayan Yanuarius
 

Rabu, 17 Mei 2023

Pesan Ayah dan Ibu

Oleh: Jimi Zonatan 
Siswa KPB Seminari Labuan Bajo

Ada kata yang tertanam 
Dalam lubuh hati 
Diucapkan bukan untuk menyangkal
Oleh ayah dan ibu yang ku sayang
"Nak… 
Kita terlahir menjadi orang yang sederhana
Buka orang yang kaya
Rawatlah hidup mu 
Jangan diam seperti batu
Lewatilah jalan yang berliku
Agar menjadi lurus hidup mu
Doa kami menyertai perjalanan mu 
Di saat jatuh, kamu harus bangun
Jangan pandang harapan dalam bayangan
Nak…
Banggakan ayah dan ibu mu
Rawatlah diri mu 
Agar kelak 
Engkau menjadi hebat"

Kenaikan Yesus Ke Surga dan Misi Perutusan Zaman Ini

Oleh: Vayan Yanuarius

RENUNGAN HARIAN
KAMIS, 18 MEI 2023
BACAAN I: KIS 1:1-11
BACAAN II: EF 1:17-23
BACAAN INJIL: MAT 28:16-20

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan 

Gereja sejagat merayakan hari Raya Kenaikan Tuhan pada hari ini. Tentunya, sebagai umat Allah kita patut bersukacita atas peristiwa yang mulia ini karena Yesus yang tersalib di Golgota kini bertahta di sisi Bapa. Kita memohon kepada-Nya agar Ia menyediakan tempat di surga bagi kita umat-Nya yang sedang berziarah di dunia ini.

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Bacaan-bacaan suci yang akan kita dengar hari ini mau menunjukkan kepada kita bahwa Yesus dipermuliakan Bapa di dalam Surga. Ia naik ke Surga dan tinggal bersama dengan Bapa-Nya. Namun, sebelum Ia naik ke Surga, Ia meninggal pesan kepada para murid-Nya dan juga kepada kita yang percaya kepada-Nya bahwa setelah Bapa-Nya menentukan masa dan waktu sesuai dengan kuasa-Nya, para murid dan kita semua akan menerima kuasa. “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut Kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa” (bdk. Kis 1:7). Dengan demikian, hari ini Bapa di Surga telah menetapkan masa dan waktu itu, maka pada waktu yang sama kita juga mendapat kuasa. Kuasa itu diberikan kepada kita dengan tujuan supaya kita menjadi saksi-Nya. Kita diberi kuasa untuk menyebarkan ajaran keselamatan kepada seluruh dunia. 
Bacaan kedua dari Surat Rasul Paulus kepada Jemat di Efesus berbicara tentang kuasa Allah yang dilimpahkan kepada Putra yang Terkasih, Yesus Kristus. Bahwa dengan kenaikan-Nya ke Surga, eksistensi Putra Allah semakin dimuliakan. Keberadaan-Nya tidak dapat dikalahkan oleh otoritas manapun di dunia ini termasuk pemerintah, penguasa, konglomerat kelas alas, apalagi para kaum kapitalisme yang sering dibacarakan oleh orang zaman sekarang. Jadi, sebagai orang beriman kita tidak bisa “berlagak” untuk melampaui kuasa yang dimiliki Bapa dalam Putra-Nya Yesus Kristus. Kekuasaan-Nya lebih tinggi dari segala ciptaan yang ada bumi ini. Pertanyaannya ialah bagaimana dengan posisi kita sebagai orang yang percaya kepada Allah? Jawabannya ialah setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan siap melanjutkan misi keselamatan-Nya adalah tubuh-Nya. Sebagai Tubuh, kita tidak terpisahkan dari kepala (baca: Yesus). Dia mengatakan “Jemat itulah tubuh-Nya.” 
Oleh karena itu, sebagai jemat Allah kita memiliki kewajiban besar untuk mengikuti perintah yang disampaikan oleh Yesus “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Inilah amanat Yesus pada saat Ia naik ke Surga. Amanat ini perutusan ini bisa diterjemahkan dalam konteks hidup kita masing-masing. Artinya, kita misa mengajarkan tentang kasih yang Tuhan Yesus tunjukkan kepada kita melalui pekerjaan atau profesi yang sedang digeluti. Misalnya, Guru. Wujud nyata dari ajaran kasih itu ialah dengan mendidik para murid menjadi orang baik dan benar. Atau, Pastor/imam dapat mewujudkan misi keselamatan Yesus itu melalui pelayanan-pelayan kepada umat Allah, dan sebagainya.  
Pertanyaan ialah apa jaminan terhadap jemat yang melanjutkan misi keselamatan itu? Amanat yang disampaikan Yesus pada saat Ia naik ke surga memiliki jaminan yang besar. Jaminan itu ialah bahwa Yesus akan menyertai kita sampai akhir zaman. Itu berarti penyertaan Yesus dalam ziarah hidup kita di hari-hari yang akan datang selalu bersama dengan Yesus. Kalau demikian, kita tidak mempunyai alasan untuk takut, cemas, gelisah, dan putus asa ketika menghadapi cobaan hidup. Tuhan Yesus pasti tidak pernah merencanakan hal yang buruk dalam hidup manusia sekalipun manusia itu berdosa. Ia juga tidak pernah meninggalkan orang dalam keadaan menderita sebab Ia berjanji akan menyertai kita manusia sampai akhir zaman. Namun, menjadi bahan permenungan kita saat ini ialah sejauh mana hubungan kita dengan Tuhan? Apakah kita sungguh menyadari kehadiran-Nya dalam seluruh ziarah panggilan hidup kita? Apabila kita belum sepenuhnya hidup dalam kasih-Nya, maka pada hari kenaikan Yesus ke Surga hari ini kita diajak untuk memurnikan diri kita. Selain itu. Kita juga memohon kepada Yesus agar Ia memberikan kita Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia lebih benar. Tuhan Yesus memberkati.

Selasa, 16 Mei 2023

Pertobatan: Jalan Keluar dari Zaman kebodohan

Oleh: Vayan Yanuarius
RENUNGAN HARIAN
RABU, 17 MEI 2023
BACAAN I: KIS 17:15.22-18:1
BACAAN INJIL: YOH 16:12-15
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Setiap kita pasti pernah mengalami situasi batas. Situasi batas adalah situasi di mana kita tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan realitas kehidupan yang paling berat. Situasi batas dapat digambarkan dalam bentuk pengalaman hidup yang pahit, buruk, dan menyakitkan. Situasi-situasi ini seperti rasa sakit yang terus terjadi, gagal dalam pekerjaan, putus hubungan kerja, perkelahian dalam keluarga, sikap anak yang kurang ajar, dan sebagainya. Pengalaman hidup yang pahit seperti ini membuat kita menyerah untuk berjuang. Pengalaman ini juga membuat kita berpikir pragmatis dengan memilih jalan pintas yakni mencari suaka di tuan-tuan, ilah-ilah, dewa-dewa, dan para dukun. Dengan penuh pengharapan, kita menyiapkan segala sesuatu seperti hewan kurban dan cuan untuk diberikan kepada tuan-tuan yang kita sembah.
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Orang-orang yang mempraktikkan cara hidup seperti itu adalah orang-orang yang hidup pada zaman kebodohan. Zaman kebodohan adalah zaman di mana orang tidak pernah berpikir bawah tuan-tuan, ilah-ilah, dewa-dewa, dan dukun itu adalah hasil rekayasa manusia. Manusia mencoba untuk menciptakan pengaruh sosial dengan mentuankan dirinya sendiri sehingga orang lain pun ikut menyembahnya.
Kita sering kali terobsesi dengan kemampuan manusia sampai kita menaruh kepercayaan yang penuh kepadanya. Padahal, kemampuan manusia itu pada hakikatnya sementara dan hasil buatan manusia itu sendiri. Karena itu, kemampuan manusia tidak bisa diandalkan dalam hidup ketika berhadapan dengan situasi batas di atas. Sekali lagi, praktik penyembahan terhadap kemampuan manusia adalah praktik hidup orang pada zaman kebodohan. Kita harus tinggalkan zaman kebodohan itu dan memulai cara hidup baru yang selalu mengandalak Allah dalam segala hal termasuk dalam situasi terbatas sekalipun.

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul hari ini adalah titik pijak bagi kita untuk membuka cakrawala berpikir yang lebih dalam. Paulus ketika berada di Atena, dia berbicara di atas Areopagus (Areopagos, Areopagus atau Areios Pagos merupakan sebuah tempat di barat laut Akropolis yang pada masa kuno digunakan sebagai tempat untuk mengadili perkara kejahatan di Atena) tentang praktik hidup orang Atena. Orang Atena menyembah Allah yang tidak dikenal, selalu beribadat kepada dewa-dewa, dan memuja barang-barang. Melihat kenyataan seperti itu, Paulus berkata “Ia akan memberitakan kepadamu Allah yang tidak kamu kenal supaya kamu mengenalnya.”
Allah yang diberitakan oleh Paulus adalah Allah yang menjadikan bumi dan segala isinya, Tuhan atas langit dan bumi, Ia tidak tinggal dalam kuil buatan tangan manusia, dan tidak dilayani oleh tangan manusia.” Karena itu, Ia adalah yang Maha Kuasa melebih segala makhluk ciptaan-Nya yang ada di bumi seperti manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sedangkan Tuhan adalah pencipta makhluk. Sebagai Pencipta, Dia mempunyai kuasa yang lebih besar dari ciptaan-Nya. Dengan demikian, hanya kepada Dialah kita mengharapkan yang terbaik dari hidup kita saat ini bukan dukun, bukan ilah-ilah, dan bukan dewa-dewa apalagi barang-barang karya tangan manusia.

Saudara-saudara yang Terkasih dalam Tuhan

Pengajaran ini bertujuan; Pertama 
untuk mencari Dia dan menemukan Dia. Pengajaran ini merupakan stimulus untuk mencari Tuhan lebih jauh dan menemukan-Nya. Ketika kita menemukan sesuatu yang kita cari, maka kita memperoleh sukacita yang luar biasa. Biasanya, kalau kita mencari sesuatu itu karena sesuatu itu berharga dan berarti. Namun, kalau tidak berharga dan tidak berarti niscaya kita tidak akan mencarinya. Tuhan bisa dianalogikan sebagai sesuatu yang berharga maka harus dicari dan ditemukan. Dia adalah senjata yang dapat digunakan untuk menghalau situasi terpuruk dalam hidup kita manusia.
Kedua, untuk pertobatan. Melalui Paulus, Allah mengajak kita semua untuk bertobat. Bertobat berarti kita keluar dari zaman kebodohan. Kita harus masuk dalam zona kehidupan baru bersama Allah. Kita ini berasal dari keturunan Allah. Sebagai satu keturunan, kita harus mengandalkan-Nya. Hal ini penting karena Allah telah menyediakan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia. Bertobatlah agar kita memperoleh keselamatan pada hari penghakiman nanti. Semoga Tuhan memberkati.

Di mana Tuhan?

Oleh: Vayan Yanuarius

Di mana Tuhan?
Aku cari ke sana ke mari, tak ada
Aku bertanya kepada penjual bakso yang kebetulan lewat, "Di mana Tuhan?"
"Tuhan ada pada si pembeli bakso." Jawabnya. 
Kemudian, aku berlari bertemu dengan si pembeli bakso, lalu bertanya, "Di mana Tuhan?" Jawabnya, "Tuhan ada di Kator." 
Kemudian, saya berjalan menuju kator. Sekali lagi aku bertanya, " Di mana Tuhan." Jawab mereka, ". Di jalanan yang setiap hari mengemis meminta makanan." 
"Aku tidak menemukan Tuhan di sana." Jawab ku. Setiap hari aku berdiri di pinggir jalan sambil mengarapkan adanya kemurahan hati orang untuk dibagikan makanan tapi aku tidak menemukan Tuhan di sana. 
Air mata ini tak lagi bisa dibendung. Kecewa dan putus asa mencari Tuhan. 
Denyut nadi mulai berdenyut tenang. Laksana air laut yang tak ditempah oleh angin.
Dalam diam aku menunduk
Dalam sanubari terpahat tulisan "Tubuh mu adalah bait Allah yang Kudus". 
Sontak suara tak tertahan lagi untuk berteriak kencang memecah kesunyian hati dan sembari memancarkan cakrawala berpikir 
Ternyata Tuhan ada dalam diri ku dan diri kita semua.

Senin, 15 Mei 2023

Jadikanlah Tuhan Sandaran Hidup Kita

Oleh: Vayan Yanuarius

RENUNGAN HARIAN
SELASA, 16 MEI 2023
BACAAN I: KIS 16:22-34
BACAAN INJIL: YOH 16:5-11

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan

Perjalanan Paulus dan Silas dalam misi pewartaan karya keselamatan Allah rupa-rupanya tidak berjalan mulus. Bisa diibaratkan dengan perjalanan yang penuh batu krikil nan tajam. Kadang kaki menginjak batu krikil yang tajam itu sampai terasa sakit. 
Paulus dan Silas mendapat penolakan yang mengerikan ketika berada di Filipi. Para pembesar itu didesak untuk mengoyakkan jubah, lalu mendera, dan memasukkan ke dalam penjara. Peristiwa penolakan Paulus dan Silas di atas mungkin tidak lari jauh dari pengalaman hidup kita saat ini. Banyak sekali orang mengalami penolakan bahkan sampai dikucilkan. Alasan penolakan tentunya sangat varian seperti kelahiran yang tidak diinginkan, lamaran kerja yang ditolak, cacat fisik dan mental sehingga dikucilkan dari kehidupan masyarakat, dan sebagainya. 
Peristiwa penolakan ini membuat kita menyerah atau putus asa dan mungkin pada fase tertentu kita sering menyalahkan Tuhan. Tuhan dipersalahkan karena kita mengalami perisitwa penolakan. Seolah-olah Tuhan tinggal jauh di sana dan tidak pernah memperhatikan kebutuhan hidup kita. Keberadaan dan ke-Mahakuasa-an-Nya pun diragukan. Maka muncullah pertanyaan-pertanyaan fundamental, benarkah Tuhan itu ada? Di mana Tuhan? Benarkah Dia itu Maha kuasa?
Dalam situasi tertentu kita bisa mengerti dengan keadaaan seperti itu. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial itu tidak salah karena berangkat dari realitas hidup yang paling nyata dan fenomenal. Namun, apakah pertanyaan-pertanyaan itu bisa menciptakan solusi atas pengalaman penolakan yang kita alami? Atau justru sebaliknya, menjadi boomerang bagi jati diri kita sebagai orang yang beriman.

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Paulus dan Silas telah menunjukkan arah petualangan hidup seorang beriman kepada Yesus Kristus, Putra Allah yang Maha Tinggi. Ketika berhadapan dengan situasi ditolak, didera, dan dipenjara, mereka berdua berdoa kepada Allah dengan menyanyikaan puji-pujian. Coba kita membanyangkan, dalam situasi sulit dan mencekam sekalipun Paulus dan Silas masih bernyanyi memuji Allah. Mereka menyanyikan puji-pujian itu karena percaya Tuhan akan datang untuk menolong mereka. Benar adanya. Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang dahsyat. Semua bangunan runtuh dan mereka pun memperoleh pembebasan. Lebih meraniknya, para pembesar dalam kota itu bertobat dan percaya kepada Allah. Peristiwa gempa bumi itu adalah cara Allah untuk menyelamat orang-prang yang benar. Tuhan tidak mengingikan penderitaan tetapi jalan menuju pertobatan. Gempa bumi juga bisa ditafsir bahwa Allah yang kita imani sungguh ada. Ia tidak tinggal jauh dari diri kita. Ia bersemayam diri kita masing-masing, dalam lubuk hati yang paling dalam. Agar terhidar dari bencana seperti itu kita harus membungun relasi intim dengan Allah. 
Jadi, ketika kita berhadapan dengan suatu pengalaman yang kurang menyenangkan dalam hidup seperti penolakan atau pengalaman yang kurang baik, Tuhan tidak jauh dari kita. Kita diminta masuk ke dalam diri kita masing-masing untuk mengetuk pintu hati Tuhan Yesus. Yesus pernah bersabda, “Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu.” Tuhan selalu memberikan petujukkan atas segala persoalan yang kita hadapi di dunia. Hanya saja kita harus percaya akan kemulian-Nya yang besar seperti yang dilakukan oleh Paulus dan Silas. Tuhan selalu mengutus penghibur kepada kita yang percaya kepada-Nya. Jadikanlah Tuhan sandaran hidup kita. Tuhan Yesus memberkati.

Minggu, 14 Mei 2023

Menjadi Saksi Kristus di Tengah Dunia

Oleh: Vayan Yanuarius

RENUNGAN HARIAN
SENIN, 15 MEI 2023
BACAAN I: KIS 16:11-15
BACAAN INJIL: YOH 15:26-16:4a

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Ketika kita dibaptis dalam gereja maka sejak saat itu juga kita menjadi anggota gereja. Menjadi anggota gereja berarti menjadi saksi Kristus di dunia. Saksi Kristus yang dimaksudkan itu ialah segala eksistensi kita dunia mesti menjadi tanda kehadiran Kristus yang paling nyata. Seperti halnya ketika kita dipercayakan oleh seorang kontestan politik untuk menjadi saksi dalam proses pemilihan umum (pemilu), itu berarti keberadaan kita harus merepresentasi kehadiran kontestan itu sendiri. Bukan sebaliknya, menonjolkan kantestan lain atau menonjolkan diri sendiri untuk mencari popularitas. Ingat bahwa kita dipilih dan dipercaya untuk menjadi juru kunci kemenangan sebuah kontestasi. Karena itu kita harus menjadi petarung sejati. Apabila kita lari dari kenyataan itu maka kita menjadi pengkhianat. Dengan demikian, target dari kontestan itu sudah gagal. Kecewa bukan?

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Injil Yohanes hari ini menekankan prihal tentang saksi. Dikisahkan secara gamblang ketika Yesus berkata kepada Para murid-Nya bahwa “Jikalau penghibur yang akan datang yaitu Roh kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku”. Amanat Yesus ini mengingatkan kepada kita tentang satu hal yakni Yesus sejak semula sedah bersama-sama dengan kita. Keberadaan Yesus dalam diri kita mau menegaskan bahwa Dia adalah Roh kebenaran yang membara dalam diri kita untuk memancarkan cahaya kebenaran itu ke seluruh dunia. 
Karya pewartaan tentang api kebenaran itu menjadikan kita saksi Kristus yang sejati. Kita dipercayakan karena iman kita kepada-Nya untuk menyebarkan kebenaran seluruh penjuru dunia seperti yang dilakukan oleh Paulus dan Silas dalam bacaan pertama. Bahwa setelah mendengar suara dari surge, mereka pergi dari kota ke kota untuk mewartakan karya keselamatan yang dikerjakan Allah kepada manusia. Karena itu, selama Roh kebenaran itu bersemayam dalam diri kita maka kita tidak mempunyai alasan untuk menolak rahmat itu. Memang perlu disadari, hal yang paling menakutkan menjadi saksi ialah ketika kesaksian kita itu tidak diterima oleh orang lain. Kita mencoba sedemikian rupa untuk memberikan kesaksian tetapi orang masah bodoh dan mungkin menilai pewartaan itu adalah omong kosong. Namun, bagi Yesus ketika kita berhadapan dengan tipe orang seperti itu bisa disimpulkan orang-orang tersebut yang tidak mengenal Bapa dan DiriNya sendiri. “Mereka berbuat demikian karena mereka tidak mengenal baik Bapa dan Aku.” Kata, Yesus sendiri.

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Oleh karena itu, kita tidak boleh mundur dan menyerah dalam keadaan seperti itu. Kita mempunyai tanggung jawab besar untuk menyelamatkan orang yang hidupnya sudah menjauh dari Allah. Itulah hakikat dari perutusan para saksi kebenaran. Kegagalan demi kegagalan bukan menjadi petaka bagi seorang saksi kebenaran tetapi kesempatan atau peluang untuk terus mewartakan Yesus sang pokok kebenaran itu sendiri. Karya baik saat kita sedang berziarah di dunia ini bisa menjadi tiket untuk masuk kerajaan Surga. Tuhan tidak pernah berkedip sedikit pun untuk menghitung segala kebaikan orang-orang yang berjuang mewartakan kabar baik-Nya ke tengah dunia. Jadi, kita diajak untuk menjadi saksi Yesus Kristus di dunia ini. Tuhan Yesus memberkati. 

Sabtu, 13 Mei 2023

Percayalah, Maka Kamu Akan Hidup

Oleh: Vayan Yanuarius

RENUNGAN HARIAN
MINGGU, 14 MEI 2023
BACAAN I: KIS 8:5-8.14-17
BACAAN II: I PETRUS
BACAAN INJIL: YOH 14:15-18

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Hari ini kita memasuki hari minggu paskah VI. Bacaan-bacaan suci hari ini menghantar kita pada satu titik permenungan yang mendalam yakni tentang percaya. Percaya adalah suatu keyakinan mendalam tentang sesuatu yang benar-benar terjadi. Kita percaya akan Yesus Kristus yang bangkit karena hal itu sungguh benar adanya. Kebangkitan Yesus dari alam maut bukan cerita fiksi atau mitos orang Yahudi. 
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul melegitimasi akan kebenaran Yesus yang sungguh-sungguh Penyelamat. Diceritakan ketika Filipus pergi ke kota Samaria untuk memberitakan tentang Mesias dan memperlihatkan tanda-tanda, semua orang Samaria menerimanya dengan sukacita. Kemudian mereka beroleh Roh Kudus. 
Sikap menerima pewartaan Filipus, Petrus, dan Yohanes tentang Mesias membawa sukacita berlimpah bagi orang Samaria. Kita pun demikian, ketika kita menerima pewartaan orang lain tentang Yesus, kita harus membuka hati untuk menerimanya. Janganlah bertegar hati dalam menerima setiap pewarta tentang Yesus Kristus. Setiap pewartaan tentang Yesus adalah jalan menuju  keselamatan. Atau sebaliknya, ketika kita diutus ke tengah-tengah dunia untuk mewartakan Yesus, kita harus betul-betul mewartakan Dia bukan mewartakan diri sendiri dengan segala kehebatan kita. Rasul Petrus dalam suratnya yang pertama menegaskan “…Haruslah kamu lakukan dengan lemah lembut dan hormat dan dengan hati nurani yang murni…”. Karya perwartaan yang kita lakukan adalah bentuk “Pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu."
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang bangkit. Kita diajak untuk menjadi orang yang percaya. Percaya akan kuasa Tuhan yang besar. Sikap percaya ini menjadi batu pijakan bagi kita orang beriman untuk terus mewartakan Yesus ke seluruh dunia. Saya yakin bahwa banyak orang yang lari dari gereja bukan karena Tuhan tidak menjawab doanya tetapi cara hidup orang yang percaya kepada-Nya yang kurang mampu mencerminkan kehidupan Yesus itu sendiri. Karena itu, marilah kita mengasihi Yesus dengan cara mencintai sesama kita. Marilah kita mencintai Yesus dengan tak jemu-jemu mewartakan karya kebaikan di dunia. Tuhan Yesus selalu tinggal menetap dalam diri orang-orang yang percaya kepada-Nya. Janji Tuhan itu bukan omong kosong. Dia mengatakan “Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku, dan Aku pun mengasih dia, dan akan mnyatakan diri-Ku kepadanya.” Intinya kita percaya. Segala sesuatu akan Dia kerja dalam diri kita masing-masing. Dengan percaya maka kita akan hidup. Semoga Tuhan memberkati.

RINDU

Oleh: Gusto Dapinto
Siswa KPB Seminari Labuan Bajo

Bumi terus berputar
Begitu pun waktu terus berputar
Hari terus berganti
Begitu pun perasaan ku yang diselimuti rasa rindu
Rindu akan dia yang tinggal di sana
Aku rindu akan kebersamaan yang pernah kita bangun di senja waktu itu 
Kita kita terpisah oleh jarak 
Bukan karena alasan bosan dan kurang cantik
Tetapi karena petualangan hidup panggilan membiara
Memang berat untuk menjalankan hari-hari ku tanpa kehadiran mu
Namun berlahan aku mencintai keadaan ini
Rasa rindu ini rupanya terus membekas dalam memori ingatan ku
Seperti sebuah pena yang digunakan untuk menulis
Tintanya tidak hilang tetapi berpindah ke atas kertas yang membekas
Panggilan ku telah memisahkan jarak 
Walau pun di hati ini telah diselimuti oleh kenangan dan kerinduan
Tapi aku membungkus semuanya itu dalam bait-bait doa yang aku lantun setiap hari
Puisi ini adalah perasaan rindu yang ku tulis dalam doa-doa ku. 
 

Biarkan Dunia Membenci

RENUNGAN HARIAN
SABTU, 13 MEI 2023
BACAAN I: KIS 16:1-10
INJIL YOH 15:18-21
Oleh: Vayan Yanuarius

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Hal yang perlu kita sadari ialah bahwa kita hidup dalam dunia yang penuh beragam. Keberagaman yang dimaksudkan ialah keberagaman perspekti tentang sesuatu atau seseorang. Karena itu, setiap kita harus menerima kenyataan sebagai sesuatu yang terberikan (in se). Konsekuensi logis dari keberagaman perspektif ini ialah manusia ditempatkan pada dua kutup yang saling berseberangan yakni kutup positif dan kutup negatif. Misalnya suatu perbuatan di lihat dari dua perspektif yang berbeda. Maka, kemungkinan yang terjadi ialah ada penilaian yang bersifat baik-konstruktif tetapi juga ada penilain yang kurang baik-destruktif. 
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Fenomena dua kutup yang kita alami saat ini sebenarnya bukan fakta yang baru. Merujuk pada injil Yohanes 15:18-21, kenyataan seperti ini sudah terjadi pasa zaman Yesus. Injil Yohanes menjelaskan bahwa “Sebelum dunia membeci kamu ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku”. Jadi, dunia ini sebenarnya “kejam” dalam hal menilai orang lain. 
Kita mungkin pernah mengalami kenyataan dibenci oleh orang lain. Benci terjadi karena iri hati. Iri hati karena kita mungkin mempunyai sesuatu yang lebih dalam hidup baik itu pekerjaan, pendapatan, relasi sosial, atau kesuksesan dari anak-anak kita dan sebagainya. Pertanyaan ialah apakah kita harus mengikuti keinganan mereka? Apakah kesuksesan dan kebahagian adalah sesuatu yang salah? Bagaimana cara menyikapi orang yang membenci kita?
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Yesus telah bersabda “Aku telah memilih kamu dari dunia”. Kata-kata Yesus ini meneguhkan kita orang-orang yang percaya kepadaNya bahwa biarkanlah dunia ini membenci kita asalkan kita hidup dalam diri Yesus. Hidup dalam diri Yesus artinya hidup menurut ajaran yang benar. Hidup dalam api Roh Kudus. Hidup dalam terang kerahiman Ilahi. Yesus adalah pintu masuk kerajaan Surga. Hanya melalui Dia kita dapat mengenal Allah. Karena itu, kebencian tidak harus dilawan dengan kebencian. Senjata yang paling ampuh untuk melawan kebencian bukan dengan kebencian itu sendiri tetapi dengan tindakan kasih. Kasih itu murah hati. Kasih itu panjang sabar. Kasih itu lemah lembut. Kasih itu sikap rela untuk mengampuni. Kasih itu doa yang dapat mengubah dunia yang penuh kebencian.
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Mari kita mengenakan amnusi kasih untuk mengalahkan dunia yang penuh dengan kebencian. Tuhan Yesus memberkati.🙏

"MAAF"

Oleh: Alfred Loise
Siswa KPB Seminari Labuan Bajo

Panggilan membujuk aku untuk menitinya sejauh mungkin
Panggilan ku adalah petualangan hidup seorang diri saja
Maaf aku sampaikan ini dalam puisi sederhana ini
Panggilan ku telah melukai perasaan mu yang telah dipahat dalam sanubari mu yang indah
Andaikan saja Pencipta terlebih dahulu menawarkannya
Mungkin aku punya alasan untuk menolak pasti
Akan tetapi apalah daya 
Panggilan adalah sebuah anuhgerah yang Tuhan percayakan kepada ku
Sejah dalam kandungan seorang ibu
Sekali lagi
Puisi ini adalah kata maaf yang ku ucapkan tak langsung kepada mu
Maaf….. dan maaf…
Aku mencintai sepenuh hati tanpa aku berjuang untuk memiliki mu

Jumat, 12 Mei 2023

Politik Patronase Sebagai Tantangan Demokrasi di Indonesia dan Cendekiawan sebagai Gerakan Alternatif







 Oleh: Vayan Yanuarius
Mahasiswa STFK Ledalero


Salah satu keberhasilan dari gerakan reformasi politik 1998 ialah perubahan arah sistem politik dari sentalisasi menuju desentralisasi. Pencapaian ini tentunya memberikan daya optimisme baru bagi bangsa Indonesia untuk menata kembali sistem politik ke arah yang lebih baik yang sesuai dengan konstitusi 1945 yakni “kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar 1945”. Dengan terlaksananya kedaulatan rakyat maka rakyat turut berpartisipasi secara penuh dalam menyelenggarakan kekuasaan.
Dengan terlaksananya demokratisasi maka proses politik hanya terjamin bila menggunakan kompetisi sebagai mekanismenya. Bagi pemilu, maksud itu tercapai lewat kontestasi politik yang bebas, jujur dan adil. Dalam pemilu masyarakat diberikan kebebasan menggunakan hak sebagai warga negara untuk memilih sendiri pemimpin yang sesuai dengan hati nurani. Tentunya dalam proses penyelenggaraan pemilu tersebut masyarakat terdorong oleh suatu keyakinan penuh akan tersalurnya aspirasi mereka dengan baik, memperhatikan kehidupan mereka dan berjuang untuk kepentingan bersama (bonum commune).
Namun de facto, Kontestasi politik elektoral di tingkat lokal beberapa tahun terakhir kurang menjamin nilai kebebasan masyarakat dalam menentukan pilihan politiknya. Hal ini dipicu oleh suatu gerakan politik yang disebut sebagai gerakan politik patronase. Politik patronase adalah politik yang merujuk pada barang materi atau keuntungan lain yang didistribusikan oleh politisi kepada para pemilih atau pendukung. Praktik politik patronase ini digunakan sebagai salah satu strategi para kontestan untuk mendulang dukungan dari para konstituen.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Edward Aspinall, dkk. fenomena politik patronase dan klientelisme sangat subur dalam pemilu legislatif (pileg) 2014. Menurut cacatan para peneliti tersebut, pileg 2014 adalah pileg yang paling buruk dalam sejarah kontestasi politik di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena setiap caleg (calon legislatif) masing-masing memainkan strategi politik uang (money politic) melalui jalur politik patronase dan jaringan klientelisme.
Merujuk pada Shefte sebagaimana yang dikutip oleh Edward Aspinall dan Made Sukmajati, politik patronase adalah sebuah pembagian keuntungan di antara politisi untuk mendistribusikan sesuatu secara individual kepada pemilih, para pekerja atau tim kampanye dalam rangka mendapatkan dukungan politik dari mereka. Dengan demikian, politik patronase merupakan suatu pendistribusian berupa uang tunai, barang, jasa, keuntungan ekonomi lainnya (seperti pekerjaan, atau kontrak proyek) oleh politisi baik kepada individu (misalnya berupa uang tunai) maupun kepada kelompok (misalnya lapangan sepak bola baru untuk para anak muda di sebuah kampung).
Praktik politik patronase sebenarnya bukan suatu fenomena baru dalam sebuah kontestasi politik di Indonesia pasca-reformasi. Namun, fenomena ini sudah terjadi jauh sebelumnya. Pada masa orde baru gerakan politik patronase sering kali terjadi hanya saja getahnya kurang dirasakan. Hal itu terjadi karena, pada masa orde baru sistem pemerintahan bersifat sentralistik – kekuasaan merepresi kebebasan individu untuk mengikuti aturan main. Sedangkan, era pasca Soeharto dengan terbentuknya desentralisasi fenomena politik patronase semakin berkembang karena masyarakat yang menjadi pusat penentu kemenangan sebuah kontestasi. Maka, untuk mendapat dukungan sebanyak mungkin para kontestan menggunakan gerakan-gerakan politik informal berupa politik patronase dan klientelisme.
Dalam politik patronase, sebagaimana yang diutarakan oleh Scott adalah jaringan politik yang dibangun antara patron (dia yang memiliki kedudukan sosial ekonominya tinggi dalam suatu masyarakat) dengan klien (orang-orang tidak mempunyai apa-apa). Maka, jaringan itu terbentuk melalui pemenuhan kebutuhan masyarakat yang berkekurangan dan sebagai bentuk balasannya, masyarakat memberikan dukungan berupa “suara” dukungan politik. Dan apabila, relasi patron-klien tidak memiliki hubungan sama sekali maka patron menggunakan perantara untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Aktor perantara itu disebut broker. Dialah yang membangun komunikasi dengan masyarakat agar proses “penjalaan” suara dapat berjalan dengan efektif.
Tentunya strategi politik patronase dipengaruhi oleh situasi kehidupan masyarakat yang jamak. Artinya kondisi-kondisi sosial tertentu (necessary conditions) yang ada dalam suatu masyarakat membentuk suatu gerakan politik patronase. Misalnya hasil penelitian Campbell di kalangan orang Sarakatsan di Yunani, menemukan bahwa hubungan patron-klien antara kepala desa dan pemilik ternak di dukung oleh kondisi kalangan sumber daya alam berupa tanah penggembalaan yang baik serta besarnya kekuasaan yang diberikan kepada kepala desa. Sedangkan untuk konteks Indonesia, suburnya patronase dipengaruhi oleh kondisi masyarakat yang jauh dari kondisi kesejahteraan. Kesejahteraan masih sebatas jargon politik yang utopis bagi para penguasa. Padahal isu terpenting dalam ranah publik ialah isu pelayanan publik, khususnya yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dan keamanan. Karena adanya distribusi ketimpangan kesejahteraan maka para kontestan politik memolitisasi isu tersebut sebagai strategi empuk mendapat dukungan dari rakyat.
Politisasi yang dimaksudkan ialah upaya atau tindakan yang menjadikan isu-isu dan kepentingan warga yang semula terabaikan atau tereksklusif dari agenda publik bertransformasi menjadi isu-isu strategis dan kepentingan publik, baik dilakukan melalui strategi aksi maupun deliberasi. Misalnya kontestasi politik di Bandung tahun 2013 menunjukkan bahwa politisasi isu kesejahteraan menjadi isu sentral yang menarik para kontestan untuk merebut suara rakyat. Karena kewajiban negara untuk menjamin kebutuhan masyarakat tidak berjalan dengan baik maka para kontestan masuk ke dalam situasi tersebut dan seolah-olah menjadi aktor penyelamat (salvator) kebutuhan masyarakat dengan memberikan barang material. Atau di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagaimana yang diteliti oleh Rudi Rohi bahwa isu strategis yang digunakan oleh seorang patron berupa pemenuhan kebutuhan hidup dengan mendistribusikan sejumlah barang kebutuhan masyarakat. Hal ini bisa terjadi dengan merujuk pada data statistik kemiskinan di Indonesia, Provinsi NTT adalah salah satu provinsi termiskin di Indonesia.
Hemat penulis praktik politik seperti ini dapat membahayakan nilai-nilai eksistensial yang terkandung dalam demokrasi yakni kebebasan individu dalam menentukan pilihan politiknya yakni bebas, jujur dan adil. Menurut Robert Dahl, ada beberapa keutamaan yanag terkandung dalam Demokrasi; pertama, jamin adanya perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan warga negara. Hak dan kebebasan itu bukan diberikan oleh negara tetapi sesuatu yang ada (in se) dalam diri setiap orang sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak dan kebebasan itu dapat berupa; hak berserikat, hak menyatakan pendapat, hak mendapatkan informasi, bebas dari rasa takut, bebas dari kelaparan, bebas beragama dan bebas dari kebodohan.
Kedua, partisipasi aktif seluruh rakyat sebagai warga negara dalam kehidupan politik dalam kemasyarakatan (participatory democracy). Ketiga, sistem memilih dan menggantikan penyelenggara negara lembaga legislatif dan yudikatif pada tingkat nasional dan daerah melalui penyelenggara pemilu yang langsung, bebas, umum, rahasia, jujur dan adil, transparan dan akuntabel.
Salah satu ruang untuk mengaktualisasikan kebebasan dan hak asasi itu ialah partisipasi dalam pemilihan umum. Dalam pemilu setiap warga negara diharapkan untuk menggunakan hak dan kebebasan untuk memilih pemimpinnya secara otonom. Dalam diri yang otonom itu, seseorang menjatuhkan pilihan politik secara rasional. Rasionalitas berkaitan dengan aspek pengetahuan yang memaksa orang untuk berpikir kritis terhadap calon yang akan bertarung. Jane Addams, seorang aktivis sosial dalam bukunya Democracy and Social Ethics mengatakan demokrasi seharusnya tidak hanya menjadi konsep politik tetapi juga cara hidup.
Jadi, dalam kontestasi politik yang demokratis permainan politik patronase dapat merusak nilai demokrasi itu sendiri. Ia mereduksi hak dan kebebasan masyarakat pemilih dengan memberikan mereka sejumlah barang material. Rasionalitas masyarakat tumbul dengan hadirnya barang-barang material dari para politisi. Demokrasi itu bukan berlandaskan pada asas ekonomis yang kuat tetapi ideologi yang tinggi. Kandidat yang mempunyai ideologi yang baik untuk kesejahteraan masyarakat akan memiliki peluang menjadi pemenang dalam kontestasi. Demikian pun sebaliknya, kandidat yang memiliki kekuatan ideologi lemah niscaya akan kalah dalam berkontestasi. Selain merepresi kebebasan masyarakat, praktik politik patronase sifatnya karitatif. Artinya, dalam negara demokrasi, seorang pemimpin tidak boleh melakukan pemberian yang bersifat karitatif. Namun, negara memiliki kewajiban untuk memberikan sesuatu kepada masyarakat karena itu adalah hak rakyat. Jadi, pemberian dari negara bukan merepresentasikan kebaikan individu yang memberi (pemimpin) tetapi itu adalah hak dari masyarakat itu sendiri.
Merespons masifnya praktik politik patronase di Indonesia yang berpotensi menghancurkan nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi maka upaya solutif yang ingin dianjurkan dalam tulisan ini ialah keterlibatan kaum cendekiawan Indonesia untuk melakukan edukasi politik kepada masyarakat tentang bahaya dari politik patronase. Cendekiawan yang dimaksudkan ialah orang-orang yang memiliki pengetahuan teoritis yang luas, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan dan mempunyai daya transformasi sosial yang tinggi. Dengan modal yang dimilikinya itu, para cendekiawan dapat bergerak menentang realitas sosial yang penuh dengan penindasan, ketidak-adilan. Antonio Gramci memberikan nama “organik” kepada cendekiawan yang mengartikulasikan pandangan hidup dunia, kepentingan, tujuan dan kemampuan kelas tertentu.
Dalam catatan historis tentang ekspansi gerakan kaum intelektual dipenjuru dunia, sudah terekam jelas bahwa gerakan kaum intelektual mendapat respon yang positif di kalangan masyarakat. Hal ini terjadi karena peran kaum intelektual dalam peradaban dunia sangat tinggi. Salah satu intelektual ternama ialah Rousseau. Menurut catatan Ignas Kleden, perkembangan intelektual Rousseau berawal dari minat dan nafsu untuk membaca buku baik yang diwariskan oleh ayahnya maupun yang ada di perpustakaan-perpustakaan perempuan. Dia mencoba mempelajari sesuatu dengan tekun, rajin dan konsisten. Al-hasil petualangan intelektualnya itu mempengaruhi daratan Eropa pada abad-18 dan sesudahnya, yang kemudian menjadi suatu gerakan Romantik dalam filsafat, seni dan gaya hidup. Gerakan ini kemudian menjadi gerakan yang mempengaruhi rasionalisme masa percerahan yang memposisikan manusia pada akal dan kekuatan akal. Rousseau membelokkan paradigma ini dengan memperkenalkan paradigma hidup baru yang berlandaskan pada perasaan yang spontan, yang muncul dengan kuat, leluasa dan tanpa kekang.
Selain Rousseau, gambaran cendekiawan tanah air, misalnya Soedjatmoko yang berani menentang sistem politik Indonesia yang membusuk. Usaha awal yang dilakukan oleh Soedjatmoko ialah mengambil peran sebagai intelektual aktif dengan bekerja sebagai editor harian Pedomaan dan majalah mingguan politik Siasat. Dari situ, dia memperlajari dan merespon segala bentuk pertikaian ideologi politik. Bagi dia, pembangunan ekonomi adalah syarat mutlak untuk mengatasi berbagai persoalan di Indonesia. Lebih lanjut dia terangkan bahwa kemerdekaan dan kemungkinan untuk menentukan nasib sendiri tergantung dari kesanggupan meluncurkan pembangunan ekonomi yang proposional.
Atas dasar perjuangan yang keras itu, pada tahun 1980, Soedjatmoko dipercayakan untuk menjadi Rektor Universitas PBB. Masalah-masalah yang harus dikerjakan oleh Soedjatmoko ialah perdamaian, keamanan, ekonomi, kemiskinan, pembangunan manusia dan ilmu pengetahuan. Setelah menjabat sebagai Rektor PBB tahun 1987 Soedjatmoko kembali ke Indonesia. Namun, pada saat ia kembali ke Indonesia, presiden Soeharto tidak memberikan jabatan formal kepada orang yang berusia 65 ke atas. Tetapi Soejadmoko tidak berkecil hati. Ia sendiri menganggap sebaiknya tidak semua intelektual masuk dalam lingkaran kekuasaan. Harus ada yang berada di luar gelanggang agar dapat berimbang antara negara dan masyarakat terjaga. Corak berpikir seperti ini juga pernah dilontarkan oleh seorang cendekiawan Indonesia yakni Soe Hok Gie. Gie katakan seorang intelektual harus berdiri di luar jaringan kekuasaan untuk menggulingkan rezim kekuasaan yang buruk. Ia adalah seorang pejuang yang sendirian. Ia bertahan menjadi seorang intelektual yang merdeka, sendirian, kesepian dan menderita serta tetap setia dengan cita-cita kemanusiaannya.
Pada tahun 1988, Soedjatmoko memperoleh The Grand Gordon of The Order of the Sacred Treasure (Bintang Tanda Jasa Harta Suci Agung) dari kaisar Jepang. Penghargaan ini diperoleh karena Soedjatmoko berhasil memajukan kerja sama antara PBB dan kelompok ilmuwan Jepang dan peningkatan pengertian masyarakat Jepang atas masalah-masalah dunia ketiga. Tulisannya yang berjudul Development and Freedom menarik perhatian masyarakat Jepang untuk menata peranan yang harus dimainkan dalam menatap masa depan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa salah satu tanggung jawab dari cendekiawan itu ialah melakukan transformasi daya berpikir masyarakat melalui edukasi politik seperti yang telah dilakukan oleh Soedjatmoko di atas agar tidak terjebak dalam praktik politik kotor. Dalam konteks politik patronase, transformasi daya pikir masyarakat dapat menyelamatkan masa depan demokrasi bangsa Indonesia. Demokratisasi bangsa Indonesia mesti dibangun atas dasar kesadaran masyarakat yang tinggi; yang bisa berpikir sendiri dan yang tahu membedakan antara yang baik dan yang jahat, yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan. Addams katakan salah satu cara untuk mengamankan demokrasi ialah dengan meningkatkan tanggung jawab bagi seluruh masyarakat (termasuk para cendekiawan).
Maka dengan itu, hemat penulis sebagai salah satu aktor intelektual, para cendekiawan terpanggil untuk melakukan transformasi radikal menuju masyarakat demokratis yang penuh kesadaran politik yang tinggi. Dengan menanam nilai-nilai politik yang bermartabat kepada masyarakat, masyarakat niscaya memiliki pengetahuan sebagai senjata untuk melumpuhkan praktik-praktik politik kotor termasuk politik patronase yang marah terjadi hingga saat ini.
Hal ini yang perlu dicatat bahwa Soedjatmoko adalah satu dari sekian banyak cendekiawan tanah air yang memiliki corak berpikir militan dan prrogresif dalam membangun tatanan kehidupan manusia dalam suatu negara. Para cendekiawan lain misalnya ialah Soekarno, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, Tan Malaka dan sebagainya. Mereka inilah yang hemat saya adalah tokoh cendekiawan yang layak untuk dijadikan cerminan kebangkitan cendekiawan saat ini. Mereka telah membuka jalan yang lebar dan luar tentang bagaimana seharusnya cendekiawan bersikap.
Oleh karena itu, untuk memperdalam seluruh pembahasan di atas maka penulis mengusung judul “ Politik Patronase Sebagai Tantang Demokrasi Di Indonesia Dan Cendekiawan Sebagai Gerakan Alternatif.” Dengan mengusung judul ini, penulis berusaha membaca fenomena politik patronase di Indonesia dan bahayanya bagi demokrasi. Selain itu juga, penulis mencoba melibatkan aktor cendekiawan sebagai gerakan alternatif terhadap politik patronase itu sendiri.

Kepergian

Tentang Kepergian,  pasti selalu ada jejak keindahan yang harus dikenang agar bisa mengerti bahwa tak selamanya Kepergian mening...