Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 02 Maret 2024

Jadilah Penggarap Kebun Anggur Tuhan Yang Sejati

foto: Kapela Seminari Labuan Bajo

Oleh: Vayan Yanuarius

Sudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan

Bacaan injil hari ini berbicara tentang perumpaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur. Diceritakan bahwa ada seorang tuan tanah yang memberi lapangan kerja kepada penggarap-pengarap untuk menggarap kebun milik tuan tanah. Setelah tiba waktunya, tuan itu menyuruh hamba-hambanya pergi menerima hasil yang menjadi miliknya. Namun, apa yang terjadi? Para penggarap itu menangkap dan membunuh mereka. Hal itu terus terjadi sampai anak kandung dari tuan tanah itu menjadi korban.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan

Dari perumpaan tersebut, hemat saya ada dua hal perlu kita refleksikan saat ini. 

Pertama, refleksi dari sudut pandang Tuan Tanah. Tuan tanah dalam injil tadi menggambarkan sosok Allah yang maha kasih sebab Dia memberikan kesempatan kepada manusia untuk bekerja di kebunnya. Bekerja di kebun Allah berarti menjadi pewarta atau penyambung lidah Allah. 

Tentunya pemberian ini mempunyai ladasan yang jelas yakni bahwa manusia diciptakan serupa atau segambar dengan Allah. Atau dengan kata lain, manusia adalah representasi dari wajah Allah yang transenden. Maka tidak heran jika Allah menjadikan manusia sebagai intrumen pewarta sabdanya kepada semua orang.
Kedua, refleksi dari sudut pandang para penggarap. Para Penggarap dalam perumpaan tadi menggambarkan manusia yang berperan sebagai tokoh antagonis. 

Para penggarap tadi disebut sebagai tokoh antagonis karena mereka tidak professional dalam menentukan hasil atau mereka memonopoli hasil kebun milik tuan tanah bahkan membunuh hamba-hambanya dan juga anaknya. Para penggarap itu menggambarkan sebagian besar karakter manusia dewasa ini yang terkadang manusia tidak taat dan setia dengan Allah. 

Manusia seringkali mengingkar janji kesetiaan kepada Allah untuk taat dan tunduk pada perintahnya. Manusia sering kali melawan perintah Allah demi mencapai ambisi pribadi. Manusia tidak pernah sadar bahwa hidup ini hanya sementara. Apa yang manusia lakukan di dunia ini akan diperhitungkan di surga. Semakin banya benih kebaikan yang kita tanah di lading Tuhan saat ini dan hasilnya bisa dinimkati oleh banyak orang maka kita mendapat tiket untuk masuk ke dalam persekutuan para Kudus. Demikian pun sebaliknya, jika kita menanam benih kebencian maka kita tidak mendapat tiket untuk ada bersama para Kudus di Surga. 

Ketidaksetiaan manusia pada Allah mengingatkan kita pada Bangsa Israel. Mereka telah menjadi Bangsa pilihan Allah tetapi mereka melanggar janji kesetiaan kepada Allah. Karena itu, Allah menghukum mereka dengan cara membuang mereka ke Babel. Di sana mereka mengalami situasi sulit.

Oleh karena itu, saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan

Mari kita belajar dari perumpaan yang diceritakan oleh Yesus dalam injil Matius tadi bahwa jika kita ingin menjadi penggarap di kebun anggur Tuhan maka hal perlu kita lakukan ialah mendengarkan, menghayati dan menjalankan sabda-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Demikian, Kerajaan Allah seperti yang disampaikan oleh Yesus pada ayat 34 tadi akan menghasilkan buah berlimpah. 

Masa Prapaskah adalah masa permurnian diri. Pemurnian diri artinya melihat ke dalam diri sembari membersihkan diri dari segala noda dosa yang pernah dilakukan. Dengan pemurniaan diri kita dapat menjadi penggarap-penggarap kebun anggur Tuhan yang sejati.   

Rabu, 28 Februari 2024

Belajar Dari Cara Hidup Hilarius

Oleh: Vayan Yanuarius
(Rabu, 28/2/2024)

Pokok Ajaran Iman Hilarius

Hilarius menjadi Kristen setelah berupaya mencari tujuan hidup manusia dalam Alkitab. Walaupun beristri, pejabat tinggi yang pandai ini dipilih menjadi uskup Poitiers (Prancis). Ia bertekad menyebarkan wahyu ilahi semurni-murninya seperti yang tersurat dalam Alkitab. Hilarius dibuang karena ketegasannya melawan bidaah Arianisme. Arianisme adalah sebuah ajaran yang menyangkal ke-Allah-an Yesus. Di tempat pembuangan itulah ia mengarang banyak buku, khususnya tentang Allah Tritunggal, untuk membela iman yang benar. Namun, pujangga Gereja ini dipulangkan kembali karena di tempat pembuangannya justeru banyak orang yang bertobat.

Iman Harus Dinyatakan

Saudara sekalian yang terkasih dalam Tuhan. Iman kita akan Yesus Kristus harus bisa dipertanggungjawabkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu bertujuan agar orang bisa percaya akan apa yang kita imani. Itulah iman yang berdaya transformatif. Hilarius telah menunjukkan hal demikian dalam hidupnya. Ia tidak sungkan-sungkan melawan Arianisme yang menyangkal ke-Allah-an dari Allah. Ia juga berkomitmen untuk mewartakan sabda Allah secara benar dan bisa menobatkan orang. Wujud iman seperti inilah yang harus ditunjukkan kepada dunia dewasa ini. Rasul Yakobus mengatakan iman tanpa perbuatan ialah mati. Kematian iman itu bersumber dari penyangkalan iman dalam bentuk tindakan. Tindakan kita yang percaya kepada Yesus tidak mencermin kepercayaan kita yang sesungguhnya. Iman kita saat ini lebih memilih mancari aman. Iman kita belum sampai pada tataran transformasi diri dan lingkungan. Iman kita masih bermain pada tataran teoritis belaka dan kita merasa itu adalah tujuannya. 

Daya Transformasi Iman

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan. Pertanyaan yang muncul ialah apa yang membuat iman kita saat ini tidak sampai pada daya transformasi? Ada dua jawaban atas pertanyaan di atas. Pertama, sebagai orang beriman kita belum memahami maksud dan tujuan kita beriman. Kita beriman sekedar mencari aman. Kita merasa bahwa beriman kepada Tuhan dapat memberikan kenyamanan dalam diri kita. Maka, tanggung jawab kita sampai pada kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, ketika ada realitas ketimpangan yang ada di luar diri kita, kita tidak merespons dengan baik. “Itu urusanmu bukan urusanku”. Hal ini sangat berlawanan dengan cara hidup Yesus, para murid, dan Hilarius. Mereka justeru merespons realitas di luar diri mereka sebagai perwujudan iman.
 
Kedua, kita belum berani mewartakan sabda Allah kepada semua orang. Sebagai pengikut Kristus, kita mempunyai tanggung jawab untuk mewartakan sabda Allah kepada semua orang yang kita jumpai setiap hari. Pewartaan sabda Allah bertujuan untuk mengenal kebaikan dan kebenaran Allah sehingga orang yang mendengarkan pewartaan itu bertobat dan percaya kepada Allah seperti yang dilakukan oleh para rasul zaman dulu dan Hilarius. Penolakan itu niscaya. Namun, bukan karena penolakan, kita berhenti mewartakan sabda Allah. Hilarius telah menunjukkan sikap keberaniannya untuk melawan Arianisme meskipun akhirnya dia dibuang. Karena imannya kepada Allah begitu besar maka Allah membebaskan dia dari pembuangan. Tuhan tidak pernah mengkhianati orang-orang yang telah berjuang mewartakan sabdanya. Ia pasti menuntun dan menunjukan jalan kebenaran dan hidup.

Jadilah Halarius Junior

Saudara sekalian yang dikasih dalam Tuhan. Kita semua diajak untuk menjadi Hilarius Junior yang mempunyai sikap yang tegas untuk melawan segala sesat dan dosa dunia. Penolakan Hilarius ditopangi oleh kepercayaannya kepada Tuhan bahwa Tuhan selalu memihak kepada orang yang benar. Kita pun harus bisa menjadi Hilarius baru (Hilarius Junior) yang siap melawan segala tantangan dan cobaan dunia saat ini. Dunia semakin canggih. Pelbagai hal mudah untuk didapatkan baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Maka, menjadi orang beriman harus bisa menentukan pilihan yang tepat untuk sesuatu yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan iman selanjutnya. St. Yohanes Paulus II pernah mengatakan pilihan itu benar apabila dasar dari pilihan itu ialah kebenaran. Kebenaran yang dimaksudkan oleh St. Yohanes Paulus II ialah Allah itu sendiri. Dengan demikian, kebenaran itu menjadi nyata apabila kita selalu bersandar pada sabda Tuhan itu sendiri. Semoga. Amin.

Selasa, 31 Oktober 2023

Jadikanlah Hidup kita Seperti Biji Sesawi


Oleh: Vayan Yanuarius

Luk 13: 18-21

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan

Yesus menyapa kita semua hari melalui injil Lukas dengan menceritakan perumpaan tentang biji sesawi dan ragi. Pertanyaan yang muncul dalam pikiran kita ialah mengapa biji sesawi dan ragi diambil untuk dijadikan sebagai perumpaan tentang surga? Mengapa bukan biji pada tanaman lain? Apa keistimewaan biji sesawi dan ragi dalam perumpaan tentang surga yang dimaksudkan oleh Yesus di atas?

Biji Sesawi dan Ragi

Biji sesawi dan ragi adalah dua pasangan yang memiliki ukuran sangat kecil. Ukurannya lebih kecil dari semua jenis biji yang ada di bumi ini. Dalam tafsiran biblis, biji sesawi dan ragi menggambarkan situasi zaman dulu di mana kerajaan Allah pertama kali muncul dalam diri Yesus seorang diri dan kelompok kecilnya. 

Namun, mengalami perkembangan yang sangat signifikan sampai menyebar ke pelbagai belahan dunia. Hal itu bisa terjadi karena warta gembira dan kebaikan yang dilakukan oleh Yesus dan para muridnya. 

Dengan demikian, biji sesawi dan ragi bisa diasosiasikan dengan perbuatan baik yang sifatnya sederhana dan berdaya guna.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan

Sebagai orang-orang yang percaya dan mengimani Yesus sang Juruselamat, kita semua diajak untuk menjadi biji sesawi dan ragi. Yang dimaksudkan di sini ialah kita diajak untuk melakukan perbuatan-perbuatan kecil dan sederhana tetapi berdaya guna bagi orang lain. 

Perbuatan baik akan selalu membawa kebahagiaan dan suka cita bagi semua orang. Perbuatan baik juga merepresentasi kebaikan Yesus sendiri dalam diri para pengikutnya. 

Kita tidak perlu melakukan sesuatu yang besar untuk kebaikan semua orang. Cukup dengan mempersembahkan satu bagian kecil dari kebaikan yang ada di dalam diri kita masing-masing. 

Di tengah dunia yang sedang mengalami krisis kemanusiaan akibat sekularisme yang menekankan aspek individualitas, kita semua dipanggil untuk membangun komunalitas dengan bercermin pada spiritualitas Yesus Kristus sendiri. Bahwa kita hidup bukan untuk diri kita sendiri saja tetapi juga untuk orang lain. 

Kebaikan dan kebahagiaan seorang pengikut Yesus terletak pada kemauan untuk mencintai Yesus dalam diri orang yang ada di sekitarnya. Paus Fransiskus dalam Evanggelii Gaudium menjelaskan iman orang katolik mesti diterjemahkan ke dalam kehidupan sosial-politik. Artinya, semangat doa dan kontemplasi mesti sampai pada aktualisasi diri dalam kehidupan bersama. Doa akan menjadi mujrab ketika didukung oleh semangat untuk mengasihi dan mencintai sesama. Sta. Theresia dari Kalkuta mengatakan lakukanlah sesuatu yang kecil dengan jiwa yang besar. Itu sangat bermanfaat bagi orang lain. 

Benih kebaikan itu akan bertumbuh dan berkembang seperti biji sesawi yang akan menjadi pohon besar dan  menjadi palabuhan bagi orang banyak. Oleh karena itu, jangan pertanah menunggu sesuatu yang besar untuk melakukan sesuatu yang baik dan berguna untuk orang lain tetapi lakukan kebaikan dari sesuatu yang sederhana dan kecil tapi bermanfaat bagi orang lain. 
Jadikanlah hidup kita seperti biji sesawi dan ragi yang berguna bagi orang lain. 

Tuhan Yesus memberkati 

Minggu, 29 Oktober 2023

Tidak Ada Alasan Untuk Tidak Melakukan Yang Baik

(Luk 13:10-17)
Oleh: Vayan Yanuarius

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan

Injil Lukas hari ini menceritakan kemulian Allah yang dikerjakan oleh Yesus kepada seorang perempuan yang sudah delapan belas tahun diikat oleh roh jahat atau iblis. 

Diceritakan, ketika Yesus mengajar di salah satu rumah ibadat pada hari sabat, ada seorang perempuan yang mengalami penderitaan karena dirasuki roh jahat. Punggungnya bungkuk dan tidak bisa berdiri tegak. Maka tergelak hati Yesus untuk menyebuhkan perempuan itu. Perempuan itu akhirnya sembuh.

Namun, yang menjadi persoalan ialah Yesus melakukan itu pada hari sabat. Dalam tradisi orang Yahudi, hari sabat adalah hari khusus di mana orang-orang tidak boleh melakukan aktivitas penyembuhan.

Karena itu, Kepala rumah ibadat itu gusar dan menyindir perbuatan Yesus pada hari sabat. Menurut dia, perbuatan menyembuhkan perempuan dari sakit melanggar tradisi keyahudian yang sudah tertanam kuat dalam diri orang Yahudi.  

Sindiran kepala rumah ibadat itu mendapat respons keras dari Yesus dengan mengatakan “hai orang munafik…” Kata munafik di sini dapat artikan sebagai suatu sikap yang tidak mencerminkan tindakan. Lain perkataan, lain perbuatan. Lain gatal, lain garuk. Intensinya ialah supaya mendapat pujian dari masyarakat sekiat.

Bagi Yesus, menyembuhkan orang sakit pada hari sabat merupakan suatu tindakan kemanusiaan yang harus dilakukan tanpa alasan apa pun. Atau kata lain, tidak ada alasan untuk tidak melakukan hal baik meskipun hal itu bertentangan dengan hukum atau aturan yang berlaku dalam suatu tempat. Belas kasih adalah hukum pertama dan utama bagi orang yang percaya kepada Allah. 

Yesus sungguh menyadiri bahwa orang yang mengalami kesulitan dalam hidup pasti membutuhkan bantuan yang cepat.

Pesan Untuk Kita

Tindakan Yesus di atas menjadi pedomaan hidup bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dalam kehidupan kita setiap hari, kita sering kali berjumpa dengan orang-orang yang berkesusahan baik karena tekanan ekonomi, sakit, miskin rohani, kurang percaya diri, kehilangan motivasi hidup dan lain sebagainya. Realitas itu membutuhkan respons dari kita.

Bagaimana kita mengambil posisi yang tepat di tengah situasi kehidupan orang-orang yang berada sekiat kita?

Maka, bertolak dari kisah Yesus di atas, kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi saudara-saudara yang membutuhkan pertolongan. Kita melapangkan dada dan mengulurkan tangan sejauh kita mampu untuk menolong mereka. Bantuan meski kecil tapi sangat berarti orang yang membutuhkannya.
Perbuatan kita pasti ada yang menolaknya, menyindirnya, dan menstikmanya sebagai perbuatan sensasional. Tapi, itu bukan menjadi batu sandungan untuk tidak melakukan hal yang baik. 

Tuhan sudah membuka jalan bagi kita yang percaya kepada untuk melakukan hal baik, maka tugas kita ialah melanjutkan misi pewartaan itu kepada sesama yang kita jumpai setiap hari. 
Tuhan Yesus memberkati.

Kamis, 01 Juni 2023

Meneladani Cara Hidup Sta. Teresa dari Kanak-kanak Jesus

Oleh: Vayan Yanuarius

Hari ini, Gereja sejagat merayakan pesta Sta. Teresa dari Kanak-kanak Jesus. Teresia dari Kanak-kanak Jesus atau Teresia Kecil (1873-1897) adalah pelindung misi (bersama dengan Fransiskus Xaverius).

Berdasarkan Ensiklopedi Orang Kudus yang ditulis oleh A. Heuken, SJ, Teresa memiliki cara hidup yang menarik, inspiratif, dan patut untuk diteladani oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Dia mengatakan demikian, "Jesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainan-Mu! Anggap saja saya ini bola-Mu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika Kausepak kian kemari, silahkan! Dan kalau hendak Kau tinggalkan di pojok kamar lantaran bisa, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bola-Mu.... O, Jesus , tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendak-Mu. 

Inilah doa Teresia Martin kepada Kanak-kanak Jesus yang sangat dirindukan. Tetapi belum dapat disembuhkannya, karena baru berusia tujuh tahun. Teresia mempunyai ayah-ibu yang baik sekali. Dari keluarganya, lima orang menjadi suster. Betapa bahagia hati Teresia, ketika pada umur 12 tahun, boleh menyambut tubuh Kristus untuk pertama kalinya. Pada hari itulah ia berjanji di muka sebuah kayu salib: "Jesus di kayu salib yang haus, saya akan memberikan air kepada-Mu. Saya akan menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat." Pendosa pertama yang bertobat berkat doa Teresia ialah penjahat kelas kakap yang dijatuhi hukuman mati tanpa menyesal. Tetapi orang itu akhirnya bertobat di hadapan sebuah salib sesaat  sebelum menjalani hukuman.

Ketika berusia 15 tahun, Teresia dengan ijin khusus dari Paus masuk biara Karmel di Lusiux (Perancis). Kedua kakaknya sudah lebih dulu menjadi suster di biara itu. Sembilan tahun lamanya dia hidup sebagai suster biasa. Sebagaimana suster muda lain, ia melaksanakan tugas dan doa harian; harus mengatasi perasaan tersinggung, marah, rasa iri hati, dan memerangi kebosanan serta bermacam ragam godaan lahir maupun batin. Ia berjuang menempuh "jalan sederhana" kepada kesucian yaitu secara konsekuen percaya dan mencintai Tuhan.

Akhirnya, ia menderita sakit paru-paru yang semakin parah, dan meninggal pada usia 24 tahun. Ia mewariskan catatan riwayat pribadi yang ditulis atas permintaan ibu biara: Kisah suatu jiwa. Ia menunjukkan, bahwa kesucian dapat dicapai oleh siapa saja, betapa pun rendah, hina, dan biasa orang itu. Caranya: melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penih cinta kasih yang murni kepada Tuha."

Teresia: Inspirasi manusia Modern
Setelah mengetahui riwat hidup Sta. Teresa di atas, ada beberapa hal penting yang bisa menginspirasi hidup kita manusia modern.

Pertama, serahkan seluruh hidup kita pada kehendak Tuhan. Penyerahan diri kepada Tuhan adalah jalan mencapai kesucian. Kita yakin bahwa Tuhan telah merencanakan yang terbaik dalam diri setiap orang percaya kepadanya. 

Kedua, mengikuti kehendak Tuhan dengan cara menciptakan tatanan kehidupan sosial yang harmonis. Keharmonisan adalah kunci kebersamaan, kebahagiaan, dan kedamaian. Karena itu, jangan menaruh dendam, amarah, iri hati, dan sombong. Jadikan hidup kita cerminan kehidupan Yesus itu sendiri.

Ketiga, hiduplah bersama orang lain sampai orang lain bisa bertobat karena cara hidup kita.

Keempat, lakukanlah pekerjaan kita masing-masing dengan penuh keseriusan. Jangan pernah menganggap remeh dengan pekerjaan sesederhana apa pun itu. Rahmat Tuhan mengalir dalam diri yang bekerja dengan penuh kasihsayang.

Selamat beraktivitas dalam spiritualitas Sta. Teresa  

Rabu, 17 Mei 2023

Kenaikan Yesus Ke Surga dan Misi Perutusan Zaman Ini

Oleh: Vayan Yanuarius

RENUNGAN HARIAN
KAMIS, 18 MEI 2023
BACAAN I: KIS 1:1-11
BACAAN II: EF 1:17-23
BACAAN INJIL: MAT 28:16-20

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan 

Gereja sejagat merayakan hari Raya Kenaikan Tuhan pada hari ini. Tentunya, sebagai umat Allah kita patut bersukacita atas peristiwa yang mulia ini karena Yesus yang tersalib di Golgota kini bertahta di sisi Bapa. Kita memohon kepada-Nya agar Ia menyediakan tempat di surga bagi kita umat-Nya yang sedang berziarah di dunia ini.

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Bacaan-bacaan suci yang akan kita dengar hari ini mau menunjukkan kepada kita bahwa Yesus dipermuliakan Bapa di dalam Surga. Ia naik ke Surga dan tinggal bersama dengan Bapa-Nya. Namun, sebelum Ia naik ke Surga, Ia meninggal pesan kepada para murid-Nya dan juga kepada kita yang percaya kepada-Nya bahwa setelah Bapa-Nya menentukan masa dan waktu sesuai dengan kuasa-Nya, para murid dan kita semua akan menerima kuasa. “Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut Kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa” (bdk. Kis 1:7). Dengan demikian, hari ini Bapa di Surga telah menetapkan masa dan waktu itu, maka pada waktu yang sama kita juga mendapat kuasa. Kuasa itu diberikan kepada kita dengan tujuan supaya kita menjadi saksi-Nya. Kita diberi kuasa untuk menyebarkan ajaran keselamatan kepada seluruh dunia. 
Bacaan kedua dari Surat Rasul Paulus kepada Jemat di Efesus berbicara tentang kuasa Allah yang dilimpahkan kepada Putra yang Terkasih, Yesus Kristus. Bahwa dengan kenaikan-Nya ke Surga, eksistensi Putra Allah semakin dimuliakan. Keberadaan-Nya tidak dapat dikalahkan oleh otoritas manapun di dunia ini termasuk pemerintah, penguasa, konglomerat kelas alas, apalagi para kaum kapitalisme yang sering dibacarakan oleh orang zaman sekarang. Jadi, sebagai orang beriman kita tidak bisa “berlagak” untuk melampaui kuasa yang dimiliki Bapa dalam Putra-Nya Yesus Kristus. Kekuasaan-Nya lebih tinggi dari segala ciptaan yang ada bumi ini. Pertanyaannya ialah bagaimana dengan posisi kita sebagai orang yang percaya kepada Allah? Jawabannya ialah setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus dan siap melanjutkan misi keselamatan-Nya adalah tubuh-Nya. Sebagai Tubuh, kita tidak terpisahkan dari kepala (baca: Yesus). Dia mengatakan “Jemat itulah tubuh-Nya.” 
Oleh karena itu, sebagai jemat Allah kita memiliki kewajiban besar untuk mengikuti perintah yang disampaikan oleh Yesus “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” Inilah amanat Yesus pada saat Ia naik ke Surga. Amanat ini perutusan ini bisa diterjemahkan dalam konteks hidup kita masing-masing. Artinya, kita misa mengajarkan tentang kasih yang Tuhan Yesus tunjukkan kepada kita melalui pekerjaan atau profesi yang sedang digeluti. Misalnya, Guru. Wujud nyata dari ajaran kasih itu ialah dengan mendidik para murid menjadi orang baik dan benar. Atau, Pastor/imam dapat mewujudkan misi keselamatan Yesus itu melalui pelayanan-pelayan kepada umat Allah, dan sebagainya.  
Pertanyaan ialah apa jaminan terhadap jemat yang melanjutkan misi keselamatan itu? Amanat yang disampaikan Yesus pada saat Ia naik ke surga memiliki jaminan yang besar. Jaminan itu ialah bahwa Yesus akan menyertai kita sampai akhir zaman. Itu berarti penyertaan Yesus dalam ziarah hidup kita di hari-hari yang akan datang selalu bersama dengan Yesus. Kalau demikian, kita tidak mempunyai alasan untuk takut, cemas, gelisah, dan putus asa ketika menghadapi cobaan hidup. Tuhan Yesus pasti tidak pernah merencanakan hal yang buruk dalam hidup manusia sekalipun manusia itu berdosa. Ia juga tidak pernah meninggalkan orang dalam keadaan menderita sebab Ia berjanji akan menyertai kita manusia sampai akhir zaman. Namun, menjadi bahan permenungan kita saat ini ialah sejauh mana hubungan kita dengan Tuhan? Apakah kita sungguh menyadari kehadiran-Nya dalam seluruh ziarah panggilan hidup kita? Apabila kita belum sepenuhnya hidup dalam kasih-Nya, maka pada hari kenaikan Yesus ke Surga hari ini kita diajak untuk memurnikan diri kita. Selain itu. Kita juga memohon kepada Yesus agar Ia memberikan kita Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia lebih benar. Tuhan Yesus memberkati.

Selasa, 16 Mei 2023

Pertobatan: Jalan Keluar dari Zaman kebodohan

Oleh: Vayan Yanuarius
RENUNGAN HARIAN
RABU, 17 MEI 2023
BACAAN I: KIS 17:15.22-18:1
BACAAN INJIL: YOH 16:12-15
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Setiap kita pasti pernah mengalami situasi batas. Situasi batas adalah situasi di mana kita tidak bisa berbuat apa-apa berhadapan dengan realitas kehidupan yang paling berat. Situasi batas dapat digambarkan dalam bentuk pengalaman hidup yang pahit, buruk, dan menyakitkan. Situasi-situasi ini seperti rasa sakit yang terus terjadi, gagal dalam pekerjaan, putus hubungan kerja, perkelahian dalam keluarga, sikap anak yang kurang ajar, dan sebagainya. Pengalaman hidup yang pahit seperti ini membuat kita menyerah untuk berjuang. Pengalaman ini juga membuat kita berpikir pragmatis dengan memilih jalan pintas yakni mencari suaka di tuan-tuan, ilah-ilah, dewa-dewa, dan para dukun. Dengan penuh pengharapan, kita menyiapkan segala sesuatu seperti hewan kurban dan cuan untuk diberikan kepada tuan-tuan yang kita sembah.
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Orang-orang yang mempraktikkan cara hidup seperti itu adalah orang-orang yang hidup pada zaman kebodohan. Zaman kebodohan adalah zaman di mana orang tidak pernah berpikir bawah tuan-tuan, ilah-ilah, dewa-dewa, dan dukun itu adalah hasil rekayasa manusia. Manusia mencoba untuk menciptakan pengaruh sosial dengan mentuankan dirinya sendiri sehingga orang lain pun ikut menyembahnya.
Kita sering kali terobsesi dengan kemampuan manusia sampai kita menaruh kepercayaan yang penuh kepadanya. Padahal, kemampuan manusia itu pada hakikatnya sementara dan hasil buatan manusia itu sendiri. Karena itu, kemampuan manusia tidak bisa diandalkan dalam hidup ketika berhadapan dengan situasi batas di atas. Sekali lagi, praktik penyembahan terhadap kemampuan manusia adalah praktik hidup orang pada zaman kebodohan. Kita harus tinggalkan zaman kebodohan itu dan memulai cara hidup baru yang selalu mengandalak Allah dalam segala hal termasuk dalam situasi terbatas sekalipun.

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul hari ini adalah titik pijak bagi kita untuk membuka cakrawala berpikir yang lebih dalam. Paulus ketika berada di Atena, dia berbicara di atas Areopagus (Areopagos, Areopagus atau Areios Pagos merupakan sebuah tempat di barat laut Akropolis yang pada masa kuno digunakan sebagai tempat untuk mengadili perkara kejahatan di Atena) tentang praktik hidup orang Atena. Orang Atena menyembah Allah yang tidak dikenal, selalu beribadat kepada dewa-dewa, dan memuja barang-barang. Melihat kenyataan seperti itu, Paulus berkata “Ia akan memberitakan kepadamu Allah yang tidak kamu kenal supaya kamu mengenalnya.”
Allah yang diberitakan oleh Paulus adalah Allah yang menjadikan bumi dan segala isinya, Tuhan atas langit dan bumi, Ia tidak tinggal dalam kuil buatan tangan manusia, dan tidak dilayani oleh tangan manusia.” Karena itu, Ia adalah yang Maha Kuasa melebih segala makhluk ciptaan-Nya yang ada di bumi seperti manusia. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sedangkan Tuhan adalah pencipta makhluk. Sebagai Pencipta, Dia mempunyai kuasa yang lebih besar dari ciptaan-Nya. Dengan demikian, hanya kepada Dialah kita mengharapkan yang terbaik dari hidup kita saat ini bukan dukun, bukan ilah-ilah, dan bukan dewa-dewa apalagi barang-barang karya tangan manusia.

Saudara-saudara yang Terkasih dalam Tuhan

Pengajaran ini bertujuan; Pertama 
untuk mencari Dia dan menemukan Dia. Pengajaran ini merupakan stimulus untuk mencari Tuhan lebih jauh dan menemukan-Nya. Ketika kita menemukan sesuatu yang kita cari, maka kita memperoleh sukacita yang luar biasa. Biasanya, kalau kita mencari sesuatu itu karena sesuatu itu berharga dan berarti. Namun, kalau tidak berharga dan tidak berarti niscaya kita tidak akan mencarinya. Tuhan bisa dianalogikan sebagai sesuatu yang berharga maka harus dicari dan ditemukan. Dia adalah senjata yang dapat digunakan untuk menghalau situasi terpuruk dalam hidup kita manusia.
Kedua, untuk pertobatan. Melalui Paulus, Allah mengajak kita semua untuk bertobat. Bertobat berarti kita keluar dari zaman kebodohan. Kita harus masuk dalam zona kehidupan baru bersama Allah. Kita ini berasal dari keturunan Allah. Sebagai satu keturunan, kita harus mengandalkan-Nya. Hal ini penting karena Allah telah menyediakan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan menghakimi dunia. Bertobatlah agar kita memperoleh keselamatan pada hari penghakiman nanti. Semoga Tuhan memberkati.

Senin, 15 Mei 2023

Jadikanlah Tuhan Sandaran Hidup Kita

Oleh: Vayan Yanuarius

RENUNGAN HARIAN
SELASA, 16 MEI 2023
BACAAN I: KIS 16:22-34
BACAAN INJIL: YOH 16:5-11

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan

Perjalanan Paulus dan Silas dalam misi pewartaan karya keselamatan Allah rupa-rupanya tidak berjalan mulus. Bisa diibaratkan dengan perjalanan yang penuh batu krikil nan tajam. Kadang kaki menginjak batu krikil yang tajam itu sampai terasa sakit. 
Paulus dan Silas mendapat penolakan yang mengerikan ketika berada di Filipi. Para pembesar itu didesak untuk mengoyakkan jubah, lalu mendera, dan memasukkan ke dalam penjara. Peristiwa penolakan Paulus dan Silas di atas mungkin tidak lari jauh dari pengalaman hidup kita saat ini. Banyak sekali orang mengalami penolakan bahkan sampai dikucilkan. Alasan penolakan tentunya sangat varian seperti kelahiran yang tidak diinginkan, lamaran kerja yang ditolak, cacat fisik dan mental sehingga dikucilkan dari kehidupan masyarakat, dan sebagainya. 
Peristiwa penolakan ini membuat kita menyerah atau putus asa dan mungkin pada fase tertentu kita sering menyalahkan Tuhan. Tuhan dipersalahkan karena kita mengalami perisitwa penolakan. Seolah-olah Tuhan tinggal jauh di sana dan tidak pernah memperhatikan kebutuhan hidup kita. Keberadaan dan ke-Mahakuasa-an-Nya pun diragukan. Maka muncullah pertanyaan-pertanyaan fundamental, benarkah Tuhan itu ada? Di mana Tuhan? Benarkah Dia itu Maha kuasa?
Dalam situasi tertentu kita bisa mengerti dengan keadaaan seperti itu. Pertanyaan-pertanyaan eksistensial itu tidak salah karena berangkat dari realitas hidup yang paling nyata dan fenomenal. Namun, apakah pertanyaan-pertanyaan itu bisa menciptakan solusi atas pengalaman penolakan yang kita alami? Atau justru sebaliknya, menjadi boomerang bagi jati diri kita sebagai orang yang beriman.

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Paulus dan Silas telah menunjukkan arah petualangan hidup seorang beriman kepada Yesus Kristus, Putra Allah yang Maha Tinggi. Ketika berhadapan dengan situasi ditolak, didera, dan dipenjara, mereka berdua berdoa kepada Allah dengan menyanyikaan puji-pujian. Coba kita membanyangkan, dalam situasi sulit dan mencekam sekalipun Paulus dan Silas masih bernyanyi memuji Allah. Mereka menyanyikan puji-pujian itu karena percaya Tuhan akan datang untuk menolong mereka. Benar adanya. Tiba-tiba terjadi gempa bumi yang dahsyat. Semua bangunan runtuh dan mereka pun memperoleh pembebasan. Lebih meraniknya, para pembesar dalam kota itu bertobat dan percaya kepada Allah. Peristiwa gempa bumi itu adalah cara Allah untuk menyelamat orang-prang yang benar. Tuhan tidak mengingikan penderitaan tetapi jalan menuju pertobatan. Gempa bumi juga bisa ditafsir bahwa Allah yang kita imani sungguh ada. Ia tidak tinggal jauh dari diri kita. Ia bersemayam diri kita masing-masing, dalam lubuk hati yang paling dalam. Agar terhidar dari bencana seperti itu kita harus membungun relasi intim dengan Allah. 
Jadi, ketika kita berhadapan dengan suatu pengalaman yang kurang menyenangkan dalam hidup seperti penolakan atau pengalaman yang kurang baik, Tuhan tidak jauh dari kita. Kita diminta masuk ke dalam diri kita masing-masing untuk mengetuk pintu hati Tuhan Yesus. Yesus pernah bersabda, “Ketuklah maka pintu akan dibukakan bagimu.” Tuhan selalu memberikan petujukkan atas segala persoalan yang kita hadapi di dunia. Hanya saja kita harus percaya akan kemulian-Nya yang besar seperti yang dilakukan oleh Paulus dan Silas. Tuhan selalu mengutus penghibur kepada kita yang percaya kepada-Nya. Jadikanlah Tuhan sandaran hidup kita. Tuhan Yesus memberkati.

Minggu, 14 Mei 2023

Menjadi Saksi Kristus di Tengah Dunia

Oleh: Vayan Yanuarius

RENUNGAN HARIAN
SENIN, 15 MEI 2023
BACAAN I: KIS 16:11-15
BACAAN INJIL: YOH 15:26-16:4a

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Ketika kita dibaptis dalam gereja maka sejak saat itu juga kita menjadi anggota gereja. Menjadi anggota gereja berarti menjadi saksi Kristus di dunia. Saksi Kristus yang dimaksudkan itu ialah segala eksistensi kita dunia mesti menjadi tanda kehadiran Kristus yang paling nyata. Seperti halnya ketika kita dipercayakan oleh seorang kontestan politik untuk menjadi saksi dalam proses pemilihan umum (pemilu), itu berarti keberadaan kita harus merepresentasi kehadiran kontestan itu sendiri. Bukan sebaliknya, menonjolkan kantestan lain atau menonjolkan diri sendiri untuk mencari popularitas. Ingat bahwa kita dipilih dan dipercaya untuk menjadi juru kunci kemenangan sebuah kontestasi. Karena itu kita harus menjadi petarung sejati. Apabila kita lari dari kenyataan itu maka kita menjadi pengkhianat. Dengan demikian, target dari kontestan itu sudah gagal. Kecewa bukan?

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Injil Yohanes hari ini menekankan prihal tentang saksi. Dikisahkan secara gamblang ketika Yesus berkata kepada Para murid-Nya bahwa “Jikalau penghibur yang akan datang yaitu Roh kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku”. Amanat Yesus ini mengingatkan kepada kita tentang satu hal yakni Yesus sejak semula sedah bersama-sama dengan kita. Keberadaan Yesus dalam diri kita mau menegaskan bahwa Dia adalah Roh kebenaran yang membara dalam diri kita untuk memancarkan cahaya kebenaran itu ke seluruh dunia. 
Karya pewartaan tentang api kebenaran itu menjadikan kita saksi Kristus yang sejati. Kita dipercayakan karena iman kita kepada-Nya untuk menyebarkan kebenaran seluruh penjuru dunia seperti yang dilakukan oleh Paulus dan Silas dalam bacaan pertama. Bahwa setelah mendengar suara dari surge, mereka pergi dari kota ke kota untuk mewartakan karya keselamatan yang dikerjakan Allah kepada manusia. Karena itu, selama Roh kebenaran itu bersemayam dalam diri kita maka kita tidak mempunyai alasan untuk menolak rahmat itu. Memang perlu disadari, hal yang paling menakutkan menjadi saksi ialah ketika kesaksian kita itu tidak diterima oleh orang lain. Kita mencoba sedemikian rupa untuk memberikan kesaksian tetapi orang masah bodoh dan mungkin menilai pewartaan itu adalah omong kosong. Namun, bagi Yesus ketika kita berhadapan dengan tipe orang seperti itu bisa disimpulkan orang-orang tersebut yang tidak mengenal Bapa dan DiriNya sendiri. “Mereka berbuat demikian karena mereka tidak mengenal baik Bapa dan Aku.” Kata, Yesus sendiri.

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan

Oleh karena itu, kita tidak boleh mundur dan menyerah dalam keadaan seperti itu. Kita mempunyai tanggung jawab besar untuk menyelamatkan orang yang hidupnya sudah menjauh dari Allah. Itulah hakikat dari perutusan para saksi kebenaran. Kegagalan demi kegagalan bukan menjadi petaka bagi seorang saksi kebenaran tetapi kesempatan atau peluang untuk terus mewartakan Yesus sang pokok kebenaran itu sendiri. Karya baik saat kita sedang berziarah di dunia ini bisa menjadi tiket untuk masuk kerajaan Surga. Tuhan tidak pernah berkedip sedikit pun untuk menghitung segala kebaikan orang-orang yang berjuang mewartakan kabar baik-Nya ke tengah dunia. Jadi, kita diajak untuk menjadi saksi Yesus Kristus di dunia ini. Tuhan Yesus memberkati. 

Sabtu, 13 Mei 2023

Percayalah, Maka Kamu Akan Hidup

Oleh: Vayan Yanuarius

RENUNGAN HARIAN
MINGGU, 14 MEI 2023
BACAAN I: KIS 8:5-8.14-17
BACAAN II: I PETRUS
BACAAN INJIL: YOH 14:15-18

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Hari ini kita memasuki hari minggu paskah VI. Bacaan-bacaan suci hari ini menghantar kita pada satu titik permenungan yang mendalam yakni tentang percaya. Percaya adalah suatu keyakinan mendalam tentang sesuatu yang benar-benar terjadi. Kita percaya akan Yesus Kristus yang bangkit karena hal itu sungguh benar adanya. Kebangkitan Yesus dari alam maut bukan cerita fiksi atau mitos orang Yahudi. 
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Bacaan pertama dari Kisah Para Rasul melegitimasi akan kebenaran Yesus yang sungguh-sungguh Penyelamat. Diceritakan ketika Filipus pergi ke kota Samaria untuk memberitakan tentang Mesias dan memperlihatkan tanda-tanda, semua orang Samaria menerimanya dengan sukacita. Kemudian mereka beroleh Roh Kudus. 
Sikap menerima pewartaan Filipus, Petrus, dan Yohanes tentang Mesias membawa sukacita berlimpah bagi orang Samaria. Kita pun demikian, ketika kita menerima pewartaan orang lain tentang Yesus, kita harus membuka hati untuk menerimanya. Janganlah bertegar hati dalam menerima setiap pewarta tentang Yesus Kristus. Setiap pewartaan tentang Yesus adalah jalan menuju  keselamatan. Atau sebaliknya, ketika kita diutus ke tengah-tengah dunia untuk mewartakan Yesus, kita harus betul-betul mewartakan Dia bukan mewartakan diri sendiri dengan segala kehebatan kita. Rasul Petrus dalam suratnya yang pertama menegaskan “…Haruslah kamu lakukan dengan lemah lembut dan hormat dan dengan hati nurani yang murni…”. Karya perwartaan yang kita lakukan adalah bentuk “Pertanggungjawaban kepada tiap-tiap orang yang meminta dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu."
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Sebagai orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang bangkit. Kita diajak untuk menjadi orang yang percaya. Percaya akan kuasa Tuhan yang besar. Sikap percaya ini menjadi batu pijakan bagi kita orang beriman untuk terus mewartakan Yesus ke seluruh dunia. Saya yakin bahwa banyak orang yang lari dari gereja bukan karena Tuhan tidak menjawab doanya tetapi cara hidup orang yang percaya kepada-Nya yang kurang mampu mencerminkan kehidupan Yesus itu sendiri. Karena itu, marilah kita mengasihi Yesus dengan cara mencintai sesama kita. Marilah kita mencintai Yesus dengan tak jemu-jemu mewartakan karya kebaikan di dunia. Tuhan Yesus selalu tinggal menetap dalam diri orang-orang yang percaya kepada-Nya. Janji Tuhan itu bukan omong kosong. Dia mengatakan “Barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku, dan Aku pun mengasih dia, dan akan mnyatakan diri-Ku kepadanya.” Intinya kita percaya. Segala sesuatu akan Dia kerja dalam diri kita masing-masing. Dengan percaya maka kita akan hidup. Semoga Tuhan memberkati.

Biarkan Dunia Membenci

RENUNGAN HARIAN
SABTU, 13 MEI 2023
BACAAN I: KIS 16:1-10
INJIL YOH 15:18-21
Oleh: Vayan Yanuarius

Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Hal yang perlu kita sadari ialah bahwa kita hidup dalam dunia yang penuh beragam. Keberagaman yang dimaksudkan ialah keberagaman perspekti tentang sesuatu atau seseorang. Karena itu, setiap kita harus menerima kenyataan sebagai sesuatu yang terberikan (in se). Konsekuensi logis dari keberagaman perspektif ini ialah manusia ditempatkan pada dua kutup yang saling berseberangan yakni kutup positif dan kutup negatif. Misalnya suatu perbuatan di lihat dari dua perspektif yang berbeda. Maka, kemungkinan yang terjadi ialah ada penilaian yang bersifat baik-konstruktif tetapi juga ada penilain yang kurang baik-destruktif. 
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Fenomena dua kutup yang kita alami saat ini sebenarnya bukan fakta yang baru. Merujuk pada injil Yohanes 15:18-21, kenyataan seperti ini sudah terjadi pasa zaman Yesus. Injil Yohanes menjelaskan bahwa “Sebelum dunia membeci kamu ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku”. Jadi, dunia ini sebenarnya “kejam” dalam hal menilai orang lain. 
Kita mungkin pernah mengalami kenyataan dibenci oleh orang lain. Benci terjadi karena iri hati. Iri hati karena kita mungkin mempunyai sesuatu yang lebih dalam hidup baik itu pekerjaan, pendapatan, relasi sosial, atau kesuksesan dari anak-anak kita dan sebagainya. Pertanyaan ialah apakah kita harus mengikuti keinganan mereka? Apakah kesuksesan dan kebahagian adalah sesuatu yang salah? Bagaimana cara menyikapi orang yang membenci kita?
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Yesus telah bersabda “Aku telah memilih kamu dari dunia”. Kata-kata Yesus ini meneguhkan kita orang-orang yang percaya kepadaNya bahwa biarkanlah dunia ini membenci kita asalkan kita hidup dalam diri Yesus. Hidup dalam diri Yesus artinya hidup menurut ajaran yang benar. Hidup dalam api Roh Kudus. Hidup dalam terang kerahiman Ilahi. Yesus adalah pintu masuk kerajaan Surga. Hanya melalui Dia kita dapat mengenal Allah. Karena itu, kebencian tidak harus dilawan dengan kebencian. Senjata yang paling ampuh untuk melawan kebencian bukan dengan kebencian itu sendiri tetapi dengan tindakan kasih. Kasih itu murah hati. Kasih itu panjang sabar. Kasih itu lemah lembut. Kasih itu sikap rela untuk mengampuni. Kasih itu doa yang dapat mengubah dunia yang penuh kebencian.
Saudara-saudari yang Terkasih dalam Tuhan
Mari kita mengenakan amnusi kasih untuk mengalahkan dunia yang penuh dengan kebencian. Tuhan Yesus memberkati.🙏

Kepergian

Tentang Kepergian,  pasti selalu ada jejak keindahan yang harus dikenang agar bisa mengerti bahwa tak selamanya Kepergian mening...