Sabtu, 02 Maret 2024

Jadilah Penggarap Kebun Anggur Tuhan Yang Sejati

foto: Kapela Seminari Labuan Bajo

Oleh: Vayan Yanuarius

Sudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan

Bacaan injil hari ini berbicara tentang perumpaan tentang penggarap-penggarap kebun anggur. Diceritakan bahwa ada seorang tuan tanah yang memberi lapangan kerja kepada penggarap-pengarap untuk menggarap kebun milik tuan tanah. Setelah tiba waktunya, tuan itu menyuruh hamba-hambanya pergi menerima hasil yang menjadi miliknya. Namun, apa yang terjadi? Para penggarap itu menangkap dan membunuh mereka. Hal itu terus terjadi sampai anak kandung dari tuan tanah itu menjadi korban.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan

Dari perumpaan tersebut, hemat saya ada dua hal perlu kita refleksikan saat ini. 

Pertama, refleksi dari sudut pandang Tuan Tanah. Tuan tanah dalam injil tadi menggambarkan sosok Allah yang maha kasih sebab Dia memberikan kesempatan kepada manusia untuk bekerja di kebunnya. Bekerja di kebun Allah berarti menjadi pewarta atau penyambung lidah Allah. 

Tentunya pemberian ini mempunyai ladasan yang jelas yakni bahwa manusia diciptakan serupa atau segambar dengan Allah. Atau dengan kata lain, manusia adalah representasi dari wajah Allah yang transenden. Maka tidak heran jika Allah menjadikan manusia sebagai intrumen pewarta sabdanya kepada semua orang.
Kedua, refleksi dari sudut pandang para penggarap. Para Penggarap dalam perumpaan tadi menggambarkan manusia yang berperan sebagai tokoh antagonis. 

Para penggarap tadi disebut sebagai tokoh antagonis karena mereka tidak professional dalam menentukan hasil atau mereka memonopoli hasil kebun milik tuan tanah bahkan membunuh hamba-hambanya dan juga anaknya. Para penggarap itu menggambarkan sebagian besar karakter manusia dewasa ini yang terkadang manusia tidak taat dan setia dengan Allah. 

Manusia seringkali mengingkar janji kesetiaan kepada Allah untuk taat dan tunduk pada perintahnya. Manusia sering kali melawan perintah Allah demi mencapai ambisi pribadi. Manusia tidak pernah sadar bahwa hidup ini hanya sementara. Apa yang manusia lakukan di dunia ini akan diperhitungkan di surga. Semakin banya benih kebaikan yang kita tanah di lading Tuhan saat ini dan hasilnya bisa dinimkati oleh banyak orang maka kita mendapat tiket untuk masuk ke dalam persekutuan para Kudus. Demikian pun sebaliknya, jika kita menanam benih kebencian maka kita tidak mendapat tiket untuk ada bersama para Kudus di Surga. 

Ketidaksetiaan manusia pada Allah mengingatkan kita pada Bangsa Israel. Mereka telah menjadi Bangsa pilihan Allah tetapi mereka melanggar janji kesetiaan kepada Allah. Karena itu, Allah menghukum mereka dengan cara membuang mereka ke Babel. Di sana mereka mengalami situasi sulit.

Oleh karena itu, saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan

Mari kita belajar dari perumpaan yang diceritakan oleh Yesus dalam injil Matius tadi bahwa jika kita ingin menjadi penggarap di kebun anggur Tuhan maka hal perlu kita lakukan ialah mendengarkan, menghayati dan menjalankan sabda-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan Demikian, Kerajaan Allah seperti yang disampaikan oleh Yesus pada ayat 34 tadi akan menghasilkan buah berlimpah. 

Masa Prapaskah adalah masa permurnian diri. Pemurnian diri artinya melihat ke dalam diri sembari membersihkan diri dari segala noda dosa yang pernah dilakukan. Dengan pemurniaan diri kita dapat menjadi penggarap-penggarap kebun anggur Tuhan yang sejati.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kepergian

Tentang Kepergian,  pasti selalu ada jejak keindahan yang harus dikenang agar bisa mengerti bahwa tak selamanya Kepergian mening...