Jumat, 15 September 2023

Setia Sampai Dipelaminan Tuhan

Oleh: Vayan Yanuarius

Tuhan
Engkau pasti tahu
Apa yang sedang aku pikirkan
Engkau tahu apa yang sedang aku rasakan
Engkau tahu aku sedang duduk di depan teras rumah sambil menyeruput secangkir kopi bersama rokok
Engkau tahu hari-hari ku bekerja keras untuk mendidik generasi masa depan
Tapi aku tidak tahu apakah Engkau sedang menenun masa depanku
Menjahit pengalaman pahitku
Menambal luka pada hatiku
Membuka keran pada telinga ku untuk mendengarkan suara Mu
Yang ku pupukkan saat ini hanya
Kesetiaan ku pada Mu
Sampai di tempat pelaminan yang Engkau janjikan untuk ku
Di sana kita akan menikmati anggur terbaik yang aku tanam dalam hati sesama ku


Kamis, 14 September 2023

Menteri Dan Hujan

Oleh: Vayan Yanuarius

Akan ku urai cerita kita pada sajak tak bernama
Melalui Handphone yang ku genggam erat 
Bergetar tanda pesan nyasar di beranda
Jari jempor mulai mengusap dan menari di permukaan layar
Tak lain membuka dan membaca
Suatu pesan yang mengagetkan dan menggetarkan, Menteri Agraria RI akan datang bertamu 
Membanggakan namun juga menegangkan
Kerja
Kerja
Kerja
Itulah kata-kata yang terpaksa dikeluarkan meskipun itu berat untuk saya
Dia datang dengan membawa bingkisan yang dia berikan lewat senyuman, dan
Saya terima dengan tangan harapan 
Hujan pun ikut berbangga dengan meneteskan air pada rumput yang mulai pasrah pada kekeringan yang panjang
Lalu, dalam sekejap
Keduanya pergi dengan meninggalkan kenangan 
Kedua memang berkat bagi hati yang menanti-nanti kerinduan
Legah rasanya setelah semuanya kembali pada cerita di hari nanti


Bulan Dalam Mimpi

Oleh: Vayan Yanuarius

Tuhan 
Rupanya kasih Mu tak pernah habis
Mentari terbenam diufuk barat
Dan kau kembali titipkan bulan pada malam
Tidak ada lebih terang di tengah malam selain bola mata mu dalam rupa bulan
Bulan adalah kekasih yang selalu setia menyinari dalam kekegelapan
Bulan ku bukan bola mata mu Tuhan 
Tapi dia yang selalu menemani aku dalam perjalanan hidup
Bulan ku adalah gadis senja yang selalu hadir dalam mimpi
Yang membuat ku tersenyum sendiri
Terkadang aku terlambat bangun pagi 
Karena asik bercakap dan mengurai rambutnya satu persatu
Dialah cahaya yang menuntun perjalanan ku dalam kesepian
Tuhan terima kasih
Kau titipkan bulan yang paling sempurna dalam hidupku

Minggu, 10 September 2023

Pada Malam

Oleh: Vayan Yanuarius

Pada Malam aku titip salam untuk yang Maha Kuasa
Bahwa rindu ingin selalu bertemu pada cahaya kebaikan dan kebenaran
Pada malam aku lukiskan kisah pada lembaran mimpi 
Biar esok aku cerita pada empunya sang khalik

Kamis, 07 September 2023

Buku

Oleh: Vayan Yanuarius

Buku adalah kumpulan ide yang  tersusun rapi dalam kertas putih
Yang dipanjangkan pada dinding kota pengetahuan
Sederhana bentuk dan rupanya
Namun asik dijejali pengetahuannya

Buku adalah media komunikasi yang selalu hidup meski dibolak-balik
Tidak mempunyai dendam meskipun dicoret dengan tinta 
Tidak pernah menolak lantaran dibungkus dalam tempat tertutup
Setia menerima kenyataan lantaran tubuhnya ditusuk dengan ujung pena yang tajam
Kotor adalah tanda bahwa dirinya berharga
Bersih tanda dirinya dikucilkan

Buku adalah pelita yang dapat memberikan jalan
Surya yang dapat menerangi dunia
Air yang dapat memberika kepuasan dahaga
Api yang selalu memberikan kehangatan 
Udara yang memberikan kesejukan
Pakaian yang bisa menutup bagian yang memalukan
Doa untuk mencapai harapan

Senin, 04 September 2023

Pangkas Rambut

Oleh: Vayan Yanuarius

Pangkas rambut adalah simbol:
Setiap orang pasti punya banyak cara untuk menjadi orang ganteng 
Baik dengan model rambut macam pemain bola, artis, maupun musisi
Pada intinya bisa meningkatkan kepercayaan diri

Pangkas rambut adalah ekonomis:
Tempat mengais rejeki
Tempat untuk memangkas kemiskinan
Tempat untuk menciptakan lapangan kerja
Tempat untuk menyejahterakan dan menjamin masa depan

Pangkas rambut adalah identitas:
Tempat membangun spirit pelayanan
Tempat belajar menjadi pribadi yang taat
Tempat belajar menjadi pribadi rapih

Pangkas rambut adalah cerminan
Tempat permainan imajinasi bagaimana menjadi orang lain 
Tempat yang bisa menentukan siapa diri kita

Minggu, 03 September 2023

Tentang Pulang

Oleh Vayan Yanuarius

Tentang pulang 
Selalu ada kenangan yang terpahat dalam benak

Tentang pulang 
Selalu ada kisah yang ingin dicerita

Tentang pulang
Selalu ada rindu untuk kembali

Tentang pulang
Ada harapan yang lebih dari hari nanti

Tentang pulang
Semuanya tentang waktu
Yang tak pernah kompromi tentang siapa, apa, dan bagaimanapun

Tentang pulang
Akan digores pada lembaran kenangan di waktu yang akan datang

Sabtu, 02 September 2023

Keluarga


Oleh: Vayan Yanuarius

Kata penyair "harta yang paling berharga adalah keluarga"
Itu benar adanya karena disitu kita lahir, tumbuh, dibentuk, dibina, dihargai, dan dikasihi

Ada bersama dalam nuansa kekeluargaan adalah suatu kebahagiaan
Karena disitu kita merawat kenangan, membagi cerita, dan merancang cerita yang indah agar menjadi kenangan manis

Makan bersama dalam keluarga adalah saat dimana kita mencicipi makanan buat ibu yang penuh sabar dan penuh kasih sayang
Di situ ada kerinduan dan keinginan biarkan masakan ibu terus melekat kuat dalam Indra perasa ini

Tuhan, Engkau tahu puisi ini ditulis karena Engkau membolehkan aku ada bersama keluargaku saat ini
Saya tahu pertemuan ini sebentar saja setelah itu aku pergi meninggal kenangan
Biarkan rindu terpahat dalam memoriku sampai aku bisa merajut kembali kebersamaan dalam keluarga

Tuhan Ijinkan aku meminta kepadamu:
*Jagalah keluargaku, rumah kediaman ini, dan pekrjaan mereka setiap hari. Biarkan seluruh tenaga mereka bekerja untuk memuliakan namaMu*  

Indrong, 03 September 2023 

Bunga Kehidupan

Oleh: Vayan Yanuarius

Bunga 
Keberadaan bunga bukan sebuah kebetulan
Tapi karena cinta akan kehidupan

Bunga
Kehidupan bunga menunjukan kemahakuasaan pencipta
Dia yang mencipta dan merawat penuh cinta

Bunga
Kau dititip pada kesadaran manusia
Untuk merawat dengan penuh sabar 
Untuk bisa memberikan warna pada alam yang gersang

Bunga
Pertumbuhan bunga menentukan siapa diri saya sendiri
Siapakah aku sangat bergantung sejauh mana Bunga dapat menghasilkan aroma yang harum semerbak

Bunga
Aku berusaha sejauh aku bisa mencintaimu dalam pelbagai situasi

Bunga 
Engkau tahu, hari-hari ini hujan tak pernah datang menyapa dengan kelembabannya
Rupanya dia enggan datang kemari karena dunia sedang menolak.

Jumat, 01 September 2023

KONSEP KEKUDUSAN MENURUT SURAT APOSTOLIK GAUDATE ET EXCULTATE PAUS FRANSISKUS

Oleh: Vayan Yanuarius

Diana adalah siswa kelas XI di salah satu Sekolah. Ketika saya masuk ruangan kelas Diana untuk mengajar materi Sejarah Gereja, saya diperhadapkan pada satu pertanyaan yang dilontarkan oleh Diana. Pertanyaannya demikian, “Pak. Guru, saya punya teman setiap hari sering berdoa di Kapela, di ruangan adorasi, dan di depan gua Maria. Dia juga selalu memakai Rosario pada lehernya, baik pada saat kerja maupun pada saat olahraga. Di sekolah, teman-temannya menjulukinya sebagai “Tabernakel berjalan”. Tabernakel adalah tempat penyimpanan Sakramen Maha Kudus sehingga dia diasosiasikan dengan yang kudus. Apakah dengan mengenakan properti rohani tersebut dan kesetiaan pada hidup doa adalah jalan menuju kekudusan?

Pertanyaan di atas menjadi cikal bakal lahirnya diskusi dan perdebatan di kalangan siswa di dalam ruangan kelas itu. Sebagian besar siswa yang ada di dalam ruangan kelas menyetujui pendapat Diana yang mengatakan bahwa doa adalah jalan satu-satunya bagi seseorang untuk menjadi kudus. Namun, ada juga siswa mengatakan tidak, dengan pelbagai alasan yang rational. Untuk menjawab pertanyaan di atas, sebagai guru saya mencoba memberikan jawaban dengan menggunakan satu perspektif yang dimabil dari Surat Apostolik Gaudate et Exultate tentang Kekudusan yang ditulis oleh Paus Fransiskus pada Tahun 2018.

Mengenal Surat Apostolik Gaudate et Exultate

Surat Apostolik Gaudate et Exultate (bersukacita dan bergembilah) merupakan seruan apostolik ke tiga Paus Fransiskus selama masa menjabat sebagai Paus setelah Evangelii Gaudium dan Amoris Laetitia. Surat Apostolik Gaudate et exultate terbit pada tangal 19 Maret 2018. Surat ini pada awal ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris dari Vatikan, kemudian diterjahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh R. P. T. Krispurwana Cahayadi, SJ dengan perbadingan bahasa Italia dan Perancis.

Menurut Paus Fransiskus, Surat Apostolik ini dibuat dengan maksud untuk menggemakan kembali panggilan menuju kekudusan, dengan mencoba untuk mewujudkannya pada masa kini, dengan segala risiko, tantangan, dan peluangnya (bdk. Surat Apostolik Gaudate et Exultate, hlm. 7). Jadi, Dia tidak sedang merumuskan defenisi, distingsi, dan analisis yang rigid cara-cara pengudusan. Namun, ia mencoba untuk menghidupkan kembali sebagian kecil dari konsep kekudusan yang “mengalami kematian”. Itu berarti Paus Fransiskus tidak mengubah pola defenisi apalagi menganalisis cara-cara pengudusan tetapi dia hanya sekedar merefleksikan kembali panggilan kekudusan yang sudah terpatri dalam sanubari setiap manusia.

Satu hal yang menarik dari surat Apostolik Gaudate et Exultate yang sangat relevan dengan pertanyaan yang diajukkan oleh Diana di atas yakni,
Untuk menjadi kudus tidak perlu menjadi seorang uskup, imam ataupun religius. Kita sering kali tergoda untuk memikirkan bahwa kekudusan hanyalah diperuntukkan bagi mereka yang dapat menjaga jarak dari pekerjaan biasa sehari-hari dan mencurahkan waktu lebih banyak untuk berdoa. Bukan seperti itu. Kita semua dipanggil untuk menjadi kudus dengan menghayati hidup kita dengan kasih dan masing-masing memberikan kesaksiannya sendiri dalam kegiatan setiap hari, di manapun kita berada.” (bdk. Gaudate et Exultate, hal. 12) .

Karena itu, bagaimana kita bisa menemukan jalan kekudusan itu? Apa saja yang perlu dilakukan untuk menjadi orang kudus? pertanyaan-pertanyaan di atas akan menghantar kita pada satu titik refleksi yang lebih dalam tentang jalan menuju kekudusan. 
Kekudusan: Keseimbangan antara Kecerdasan Spiritual dan Kecerdasan Sosial

Menurut Tony Buzan sebagaimana yang dikutip oleh Frans Nala dalam artikelnya berjudul “Kecerdasan Sosial dan Intuisi Pastoral” (2012: 112) menjelaskan bahwa kecerdasan adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan mampu mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif. Defenisi ini menekankan individu (seseorang) sebagai subjek tunggal dalam menata lingkungan secara efektif dengan pola pikir dan tindakan yang baik dan benar. Kecerdasan ini menjadi penting lantaran manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya dia membutuhkan orang lain untuk bisa mempertahankan hidupnya. Kehadiran “yang lain” menjadi alasan fundamental bagi seseorang untuk mengasah kecerdasannya. 
Kecerdasan Spiritual dan Sosial, Apa itu?

Kecerdasan spiritual adalah kemampuan seseorang untuk membangun hubungan dengan Tuhan Sang Pencipta. Pola relasi antara manusia dengan Tuhan bersifat vertikal. Pola relasi dan komunikasi antara manusia dan Tuhan bisa dalam bentuk doa, refleksi kitab suci, dan juga merawat alam ciptaan lainnya. Dalam Gereja Katolik, membangun relasi yang intim dengan Tuhan niscaya akan memperoleh kebahagiaan dan keselamatan.

Sedangkan kecerdasan sosial berhubungan dengan pola relasi seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Orang yang memiliki kecerdasan sosial pasti diterima di tengah lingkungan masyarakatnya. Kecerdasan sosial bukan sekedar ada bersama dalam satu kelompok tetapi lebih dari pada itu dapat memberikan makna atau sesuatu yang positif bagi orang lain. Dengan demikian, kecerdasan spiritual dan sosial tidak dapat dipisahkan dalam ziarah hidup manusia untuk mencapai kekudusan.

Menyadari panggilan kekudusan sangat urgen bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus maka Paus memberikan rekomendasi tentang jalan menuju kekudusan yang sejati. Menurut Paus Fransiskus kekudusan seseorang tidak terletak pada seberapa banyak waktu yang digunakan seseorang untuk berdoa, seberapa megah atribut kerohanian yang melekat dalam tubuh seseorang seperti jubah atau Rosario, gambar-gambar kudus yang dipanjangkan dimana-mana dan selalu dibawa kemana-mana. Namun, yang dimaksud dengan kekudusan oleh Paus Fransiskus terletak pada keseimbangan antara kecerdasan spiritual (hidup doa) dan kecerdasan sosial. Dua hal ini tidak dapat dipisahkan. Keduanya bisa diibaratkan dengan dua sisi mata uang yang selalu melekat erat.
 
Berdasarkan perjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kekudusan bukan sekedar mengasah aspek spiritual melalui hidup doa tetapi juga mengasah aspek sosial. Jadi, kekudusan bukan terletak pada kesunyian sendiri dan menjaga jarak dengan orang lain. Juga bukan sekedar mencintai Tuhan Allah dan mengabaikan sesama. Kekudusan sejati terletak pada relasi sosial yang harmonis dan akur atas dasar spirit Roh Kudus. Itu berarti kekudusan mesti mendarat sampai pada tindakan nyata seseorang dalam kehidupan sehari-hari.

Sta. Teresia dari Kalkuta (1910-1997) misalnya menjadi orang kudus dalam gereja Katolik karena spirit pelayanannya kepada orang miskin, sakit, yatim piatu dan sekarat. Dia seorang biarawati dari kongregasi Missionaris of Charity. Sebagai seorang biarawati, tentunya dia menekuni hidup doa. Namun, kehidupan doa tidak sekedar ada bersama dengan Tuhan di dalam rumah ibadat atau di depan patung kudus di dalam biara tetapi dia masuk ke dalam realita kehidupan sesamanya dalam masyarakat. Dia keluar dari kesunyian biara untuk ada bersama orang yang sedang menderita.

Secara konkret Paus Fransiskus menjelaskan kekudusan terletak pada orang tua yang selalu setia dan sabar dalam membesarkan anak-anak dengan penuh kasih sayang. Kekudusan juga terletak pada suami istri yang berjuang untuk menafkahi keluarganya. Kekudusan juga terletak pada diri pelajar yang selalu berjuang untuk meraih masa depan dan membalas pengorbanan orang tua. Kekudusan terletak pada orang yang memberi sedekah kepada orang yang membutuhkannya. Kekudusan terletak pada sikap seseorang menghidari diri dari kehidupan sosial yang bersifat destruktif dan kriminalis. Jadi, kekudusan bukan sekedar mendekatkan diri pada Tuhan Allah dan menjaga jarak dengan sesama.

Jalan Inspirasi Menuju Kekudusan

Kisah orang Samaria yang baik hati dalam Kitab Suci hemat penulis bisa dijadikan sebagai jalan inspirasi menuju kekudusan dalam hidup manusia. Kisah orang Samaria yang baik, secara gamlang mengambarkan bagaimana kekudusan itu terletak bukan hanya pada orang-orang yang berjubah rohani, yang selalu menghafal kitab suci dari ayat ke ayat, dan berpakaian kemegahan yang melambangkan kekuasaan dan kerhormatan tetapi kekudusan juga terletak pada diri orang-orang disingkirkan dan distigma berdosa namun mempunyai hati untuk membantu sesama yang mengalami musibah dan menderita.

Kisah itu menceritakan ada seseorang yang turun dari Yeriko ke Yerusalem untuk mengikuti upacara agama. Dalam perjalanan menuju Yerusalem, tiba-tiba ada orang yang menghampirinya dan merampoknya sekaligus memukulnya sampai ia jatuh terkapar tak berdaya. Tubuhnya tergelatak di pinggir jalan. Dalam keadaan darurat itu, datanglah seorang imam yang sedang mengenakan jubah putih. Ia melihat korban itu penuh dengan darah. Namun, dia tidak menolongnya dan menghindar dari kenyataan itu.
  
Setelah dia pergi, datanglah orang Samaria. Orang Samaria pada waktu itu dicap sebagai orang berdosa karena sikap mereka yang tidak taat pada Allah. Namun, ketika orang Samaria itu melihat korban di pinggir jalan, hatinya menaruh belaskasihan untuk menolongnya. Dia mengangkat korban itu dan menghantarnya ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan serius. Singkat cerita, akhirnya korban itu sembuh kembali.
Dari kisah di atas, penulis mengamini penyataan Paus Fransiskus tentang kekudusan. Namun, bukan berarti penulis merekomendasikan bahwa hidup doa itu tidak penting. Yang perlu dilakukan untuk mencapai kekudusan ialah menghayati spiritualitas Yesus Kristus secara proposional baik melalui doa maupun tindakan nyata. Sangatlah mustahir bagi penulis apabila ada orang yang mengatakan bahwa “aku mencintai Tuhan Allahku dengan sepenuh hati dan dengan segenap jiwa dan raga, tetapi pada saat yang sama dia sedang membenci orang lain di sekitarnya.”

Dalam Kompendium Ajaran Sosial Gereja (2013:75) menjelaskan tentang pribadi manusia sebagai Imago Dei (gambar atau rupa Allah) (bdk. Kej 1:27). Sebagai gambar Allah, manusia memiliki keserupaan dengan Allah sebagai Pencipta. Kehadiaran manusia di dunia ini merepresentasikan kehadiaran Allah itu sendiri. Itu berarti keberagaman manusia di dunia ini mengambarkan wajah Allah itu sendiri. Dengan demikian, melukai orang lain sama artinya melukai Allah itu sendiri. Mencintai sesama sama arti mencintai Allah sendiri. Karena itu, kekudusan bukan hanya terletak pada sikap kita untuk mencintai Tuhan dan mengabaikan orang lain tetapi kekudusan itu terletak pada bagaimana kita menerjemahkan keyakinan kita kepada Allah dengan membangun hidup sosial yang baik di tengah dunia ini. Allah selalu ada dalam diri ciptaannya. Kehadirannya secara kasat mata dalam bentuk ciptaan yang kita jumpai setiap saat.

Jadi, kekudusan seseorang tidak terletak pada cara hidup seseorang yang meluluh mendekatkan diri pada Tuhan tetapi lebih daripada itu kekudusan mesti dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengasah kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain. Tuhan Allah yang kita Imani sudah menampakkan dirinya pada semua ciptaan yang ada di bumi ini. Karena itu, tugas kita ialah merawat hubungan yang harmonis dengan Tuhan Allah dengan cara berdamai dengan sesama dan alam ciptaan yang ada di sekitar kita.

Kepergian

Tentang Kepergian,  pasti selalu ada jejak keindahan yang harus dikenang agar bisa mengerti bahwa tak selamanya Kepergian mening...