(Luk 13:10-17)
Oleh: Vayan Yanuarius
Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan
Injil Lukas hari ini menceritakan kemulian Allah yang dikerjakan oleh Yesus kepada seorang perempuan yang sudah delapan belas tahun diikat oleh roh jahat atau iblis.
Diceritakan, ketika Yesus mengajar di salah satu rumah ibadat pada hari sabat, ada seorang perempuan yang mengalami penderitaan karena dirasuki roh jahat. Punggungnya bungkuk dan tidak bisa berdiri tegak. Maka tergelak hati Yesus untuk menyebuhkan perempuan itu. Perempuan itu akhirnya sembuh.
Namun, yang menjadi persoalan ialah Yesus melakukan itu pada hari sabat. Dalam tradisi orang Yahudi, hari sabat adalah hari khusus di mana orang-orang tidak boleh melakukan aktivitas penyembuhan.
Karena itu, Kepala rumah ibadat itu gusar dan menyindir perbuatan Yesus pada hari sabat. Menurut dia, perbuatan menyembuhkan perempuan dari sakit melanggar tradisi keyahudian yang sudah tertanam kuat dalam diri orang Yahudi.
Sindiran kepala rumah ibadat itu mendapat respons keras dari Yesus dengan mengatakan “hai orang munafik…” Kata munafik di sini dapat artikan sebagai suatu sikap yang tidak mencerminkan tindakan. Lain perkataan, lain perbuatan. Lain gatal, lain garuk. Intensinya ialah supaya mendapat pujian dari masyarakat sekiat.
Bagi Yesus, menyembuhkan orang sakit pada hari sabat merupakan suatu tindakan kemanusiaan yang harus dilakukan tanpa alasan apa pun. Atau kata lain, tidak ada alasan untuk tidak melakukan hal baik meskipun hal itu bertentangan dengan hukum atau aturan yang berlaku dalam suatu tempat. Belas kasih adalah hukum pertama dan utama bagi orang yang percaya kepada Allah.
Yesus sungguh menyadiri bahwa orang yang mengalami kesulitan dalam hidup pasti membutuhkan bantuan yang cepat.
Pesan Untuk Kita
Tindakan Yesus di atas menjadi pedomaan hidup bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya. Dalam kehidupan kita setiap hari, kita sering kali berjumpa dengan orang-orang yang berkesusahan baik karena tekanan ekonomi, sakit, miskin rohani, kurang percaya diri, kehilangan motivasi hidup dan lain sebagainya. Realitas itu membutuhkan respons dari kita.
Bagaimana kita mengambil posisi yang tepat di tengah situasi kehidupan orang-orang yang berada sekiat kita?
Maka, bertolak dari kisah Yesus di atas, kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi saudara-saudara yang membutuhkan pertolongan. Kita melapangkan dada dan mengulurkan tangan sejauh kita mampu untuk menolong mereka. Bantuan meski kecil tapi sangat berarti orang yang membutuhkannya.
Perbuatan kita pasti ada yang menolaknya, menyindirnya, dan menstikmanya sebagai perbuatan sensasional. Tapi, itu bukan menjadi batu sandungan untuk tidak melakukan hal yang baik.
Tuhan sudah membuka jalan bagi kita yang percaya kepada untuk melakukan hal baik, maka tugas kita ialah melanjutkan misi pewartaan itu kepada sesama yang kita jumpai setiap hari.
Tuhan Yesus memberkati.